Article

Catatan Harian Medampingi Ibu: Syukur Hari Ini - Ibu Subuhan di Masjid


Pagi ini mungkin terasa sedikit spesial dan “mendebarkan”?
Mengapa mendebarkan?

Karena semalam saya memutuskan tidur di rumah ibu, untuk menemani adik yang hampir 24 jam merawat ibu.

Seperti yang diungkapkan adik dua hari sebelumnya – sambil menangis – pagi hari baginya mungkin menjadi saat paling mencemaskan, karena setiap pagi ibu mood-nya tidak bisa ditebak. Kadang bangun pagi tiba-tiba marah besar, atau bahkan mendadak menangis tersedu-sedu.

Ah, saya bisa merasakan, betapa tertekannya jika mengawali pagi hari seperti itu. Begitulah, sejak Allah memberikan ujian kepada ibu berupa penyakit yang menurut beberapa sumber adalah dimensia (pikun), maka salah satu cirinya adalah cepatnya berubah mood Orang Dengan Dimensia (ODD), yang dalam sebuah referensi yang saya baca, pengasuh (caregiver) harus selalu siap dengan kondisi mood ODD yang tidak sama setiap hari.


Allah karuniakan kesehatan pada ibu
Ibu Selepas Pulang Opname (28-10-2018)

Maka pagi ini ketika sehabis wudhu – saya ibu sudah bangun dan sedang melipat selimutnya dan saya pamit ke ibu, kalau hendak sholat subuh di masjid yang jaraknya Cuma sekitar 50 meter dari rumah. Ibupun mengiyakan, tetapi saya putuskan sholat sunnah di rumah.

Begitu saya selesai saya bergegas hendak ke masjid, tetapi di depan pintu kamar depan tempat saya tidur ternyata sudah ada ibu yang sudah mengenakan mukena dan membawa tongkat penyanggah (kaki 4).

“Aku mau sholat di masjid, tuntun aku…," kata beliau pelan.

Akhirnya saya menuntunnya ke masjid pelan-pelan, dijalan bertemu dengan beberapa temen-temen ibu, semuanya bilang,

“ Alhamdulillah….” Kata Bu Yon sambil tersenyum ke kami. 

Begitu sampai masjid, beliau mengambil tempat duduk sambil bersandar di tiang masjid. Dan saya ke tempat wudhu sebentar, kemudian menunggu iqomah.

Jujur mulai hendak sholat hingga menjelang salam,saya sangat galau dan cemas, karena khawatir jika ibu tiba-tiba marah atau menangis meraung-raung, apa jadinya… Sebelum sholat saya berdoa semoga ibu baik-baik saja dan semoga bacaan imam dan doa-doa jamaah shalat shubuh masjid At Taqwa Tawangsari jadi obat penenang hati ibu saya.
Begitu imam mengucap salam, hati saya legaaaa sekali, saya langsung ke shaf belakang dekat ibu bersandar dan shalat. Tapi tetep belum bisa konsen untuk berdizikir dengan tenang, pikiran saya melayang-layang, bagaimana kalau itu setiap sholat minta ke masjid. Benar-benar antara senang dan bingung, senang ketika ibu sudah mau kembali sholat di masjid tapi juga sekaligus bingung ketika saya tidak bisa mengantarnya setiap waktu, karena di rumah hanya ada adik perempuan yang merawat, dua anaknya yang usia SMP dan SD, sementara suaminya pulang hanya 2 kali dalam seminggu.

Begitu dzikir selesai, saya segera membabntu ibu bangun dari duduknya (dengan berselonjor), kemudian beliau berdiri dan bersalaman dengan ibu ibu lain dan beberapa orang sempat dipeluk dan diciumnya. Alhamdulillah.. senang sekali saya melihat pemandanngan itu, sebagian ibu-ibu juga tampak tersenyum melihat ibu bisa kembali sholat di masjid.

Sambil berjalan pulang saya mencoba mengajak ibu ngobrol, tentang hujan kemarin sore yang deras. Beliau nyeletuk, “Aku wes nadah banyu udan – gawe adus, (aku sudah menampung air hujan buat mandi),”

Dalam hati saya berkata, berarti ibu masih ingat yang dikatakan Raqi (perukyah) yang meruqyahnya beberapa hari lalu, yang menyarankan untuk sesekali terapi hujan, atau kalo ndak bisa menampung air hujan kemudian buat mandi, sebagai salah satu ikhtiar terapi.
Selain bicara hujan saya juga mengajak cerita tentang langit yang tak banyak bintang, dan bertanya tentang nama bintang yang tampak. Sampai di rumah, ibu langsung ke kamar melepas mukena dan mengambil beberapa buku agama kecil (mungkin beliau kira buku dzikir) tetapi beliau bilang kalo ndak bisa baca (kalo menurut saya karena tulisannya kecil) karena setan telah menghalang-halanginya, dan beliau minta diantar untuk konsultasi ke dokter mata, padahal kacamatanya baru sekitar 2 atau 3 bulan ganti.

Selanjutnya tilawah quran dan dzikir pagi singkat sambil saya niatkan sebagai ikhtiar ruqyah untuk ketenangan hati dan pikiran beliau, sambil saya tiupkan ke cerek tempat dimana ibu biasa mengambil air minum.

Menjelang jam 5 pagi saya berpamitan ke beliau untuk bersiap ke kantor.
Alhamdulillah pagi ini Allah berikan keberkahan dan rizki berupa mood ibu yang lumayan tenang. Alhamudulillah, Alhamdulillah, 

 **** 
 Catatan Harian Mendampingi Ibu - yang konon menderita dimensia - (ODD)

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Catatan Harian Medampingi Ibu: Syukur Hari Ini - Ibu Subuhan di Masjid"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.