Article

Catatan Harian Medampingi Ibu: Syukurku Hari ini: Tips Menghadapi Luapan Emosi Orang Tua Pikun



Sedikit pengantar

Uraian berikut, bisa jadi bermanfaat bagi pengasuh (caregiver) yang sedang merawat orang tua, saudara atau siapa saja yang terkena penyakit dimensia (pikun) dan sejenisnya.
Ya, seperti yang tersebut di beberapa referensi penderita dimensia atau juga disebut Orang Dengan Dimensia (ODD) – mempunyai perubahan mood yang sangat cepat, kadang tiba-tiba sedih, kadang marah dan lain sebagainya.

Jadi, saya harap postingan kali ini bisa memberi manfaat bagi anda yang membacanya.

 ******
Bergabung dengan grup yang membahas tentang Kesadaran Diri di facebook – saya memperoleh banyak manfaat, terutama untuk terapi terapi alternatif untuk mengatasi permasalahan emosi (negatif) yang kita atau orang-orang di sekitar kita. Tentang bahaya emosi negatif ini, saya ingin membahasnya suatu ketika nanti – in sya Allah -

Kali ini saya hanya ingin mengungkapkan rasa syukur saya hari ini.

Ya, saya akan senantiasa mencoba mensyukuri hal-hal yang “mungkin terlihat biasa” atau terlihat remeh temeh dan tidak begitu penting.

Ya, karena saya sering menganggap hal-hal tadi kecil dan remeh akhirnya saya susah sekali bersyukur, atas segala hal yang dilimpahkan Allah kepada saya. Padahal sudah berapa kali saya mendengar, kalau manusia mau menghitung-hitung nikmat yang diberikan Allah kepadanya pasti dia tidak akan sanggup. Begitu juga dengan perintah tentang perlunya bersyukur, karena selain membuat hati dan pikiran kita nyaman juga Allah janjikan tambahan nikmat lagi.

Begitulah saya. Oleh karenanya saya mulai belajar lagi mensyukuri "nikmat-nikmat yang terlupa” yang harganya mungkin sangat mahal jika diwujudkan bentuk materi.

Baiklah, kembali ke topik.

Beberapa waktu lalu Kang Sarman Admin dari grup Telaga Hening  (dulu namanya Telaga Kesadaran) – membuka peluang bagi anggota grup untuk berbagi apa saja yang positif dan selaras dengan materi grup. Maka saya menuliskan komentar berikut: ..

Kalau saya ingin ada temen temen yang berbagi bagaimana "mengatasi" orang yang tiba tiba marah tanpa sebab (yang kita ketahui) dan memusuhi orang disekitarnya.

Sekadar gambaran.. kebetulan ibu saya sudah mulai pikun.. tetapi yang sering membuat sedih adalah tiba tiba beliau memarahi (bahkan) cucu nya atau anaknya yang tiap hari merawat.. sehingga cucunya jadi takut..

Adakah teknik atau cara agar bisa melunakkan hati orang yang sudah mulai pikun.. dan bagaimana mengajari anak-anak (usia SD - SMP) agar tidak terkena emosi negatif tersebut.
ada 2 tanggapan dari pertanyaan saya tersebut, berikut ini tanggapannya:

Pertama oleh Kang  Sarman 

Kemungkinan ibunya banyak melamun, kalau lg ingat sesuatu yg membuat marah ya marah, karena fungsi berpikir kritisnya sudaj mulai berkurang, mulai seperti anak kecil...
Saya sendiri kurang paham bentuk penanganan lansia.Yang pasti, mengharapkan orang normal berubah saja sangat sulit, apa lagi sudah sepuh.
Jalan tengahnya terima saja,
Mau marah silahkan marah,
Mau menyusahkan silahkan menyusahkan,
Memang cinta dan pengertian serta sabar kita harus sangat besar.
Untuk anak2, kalau bisa dipisahkan, kalau tdk bisa dipisahkan, diberi pengertian pelan2.
Bahwa beliau marah bukan karena kita salah, tapi karena beliau kurang bisa mengendalikan diri.
Saya tentu berharap, beliau makin sabar, kita pun makin sabar.
:pray::pray::pray:

Kedua oleh Bunda Alishafa 

Heri Cahyo maaf Pak, kisah njenengan sama dengan saya dan Alhamdulillah ada tips yang ga sengaja saya praktek kan kepada beliau,

Ibu saya sdh 80thn dan sering marah2 tanpa sebab, banting2 apa yg ditemui, dan suka marah2 kpd anak dan cucu nya atas izin Allah, saya belum lama tinggal bersama beliau dan beberapa waktu saat marah2 saya denger, dengan hati tetap tenang,,, sampai beliau puas dg apa yg akan di sampaikan (( dg nada tinggi))

Sambil kita dengerin, dan jangan pernah meninggalan beliau dalam keadaan marah-marah, karena sebenernya beliau hanya ingin kasih sayang dari anaknya, tapi tidak bisa disampaikan dengan kata-kata. Nah setelah kita dengerkan curhat nya kita ajak bercanda, sampai sekarang keterusan yang tadinya marah-marah tiap hari , sekarang harus bercanda dan ketawa lepas. Seperti sudah kebutuhan sendiri untuk tertawa bersama anak-anaknya.

***** Kutipan dari grup Telaga Keheningan Selesai ****

Komentar saya untuk kita yang mau mempraktikkan:

Pertama, tanggapan kang Sarman itu perlu kita jadikan pedoman – “agar kebal” menghadapi segala hal yang jika dilibatkan perasaan kita, maka pasti kita akan sakit hati, jengah dan bahkan mungkin menghindar. Dengan cara kita mempersiapkan diri seperti itu, mau marah ya silahkan marah, mau apapun terima saja dengan hati terbuka tanpa beban, maka in sya Allah tidak ada sedikitpun dari batin dan hati kita yang terluka.

Jadi mengingat lagi nasihat, “tidak ada yang bisa membuat hati dan jiwa kita terluka, kecuali kita mengijinkan”.

Kedua, untuk mempraktikkan tips dari Bunda Alishafa tersebut – selain dibutuhkan “perisai mental” yang membuat kita kebal, jika melakukannya dengan sadar dan sabar tentu saja, sehingga kita bisa betah dan kuping tidak menjadi panas sehingga terbawa emosi negatif .
Ya, karena emosi itu menular, emosi negatif kalau kita tidak menyadarinya tentu kita akan terkena dampaknya. Oleh karena itu kita harus berlatih untuk bisa menetralisir dan mengendalikan pengaruh emosi negatif tersebut.

Ya, itu salah satu bentuk syukur saya hari ini, karena saya mengajukan pertanyaan tersebut di grup pada tanggal 4 november 2018 dan baru ada yang menjawab dengan kasus yang sama pada 09 november 2018 atau 5 hari kemudian.. tentu saja bagi saya ini bukan kebetulan, karena begitu saya membacanya hati saya terasa plong dan ketika saya datang ke rumah ibu saya terasa lebih ringan karena sudah siap mental dan sudah punya tambahan bekal. 

Selain itu, alhamdulillah pada hari ini ibu juga minta diantar jamaah shubuhan di masjid dan alhamdulillah pula, ponakan saya yang masih kelas 5 SD ikut subuhan dan membantu membawakan eyangnya kursi plastik untuk bisa sholat dengan lebih nyaman di masjid. Dan yang penting lagi saya lebih tenang untuk sholat tidak seperti sehari sebelumnya. 


Setelah selesai sholat saya coba mengaji di ruangan depan kamar ibu, dan alhamdulillah ibu tidak protes – padahal beberapa kali ketika adik saya dan ipar mencoba memutarkan murattal walau secara pelan beliau marah marah dan membuat mereka sedikit kewalahan.

Oh ya, pas saya hampir selesai mengaji, ibu duduk di depan saya, dan tiba-tiba hendak menangis. Ketika saya tanya, katanya beliau terharu. Wah saya agak khawatir jika ibu terlarut dalam sedih, bisa menangis meraung-raung tanpa tahu sebabnya seperti beberapa waktu lalu. 


Akhirnya saya tawarkan untuk melakukan tapping (mengetuk beberapa titik meredian tubuh) dengan metode SEFT (spritual emotional freedom technique) dengan harapan bisa mengurangi rasa sedihnya. 


Alhamdulillah yang membuat saya hari ini lega beliau mau dan setelah 2 putaran tapping kanan kiri saya pamit pulang beliau mencium dan memluk saya. 


Alhamdulillah. Semoga bermanfaat.


***

Lawang, 09/11/2018



Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Catatan Harian Medampingi Ibu: Syukurku Hari ini: Tips Menghadapi Luapan Emosi Orang Tua Pikun"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.