Article

Serial Baru “to Live and Die @ SMANELA” # 1 The Beginning

 Alhamdulillah kesampain juga mau nulis serial ini. Sebanarnya sih sudah ada keinginan sejak saya membuat blog (pertengahan tahun 2007) tetapi kok ya selalu ketindih dengan tulisan lain..

Nah, saya kembali bergairah setelah melakukan reuni kecil-kecilan dengan beberapa teman alumni SMANELA paska lebaran tahun 2009 kemarin.

Ya, saya, Irvan, Ali dan Dadang (semua alumni SOS 1 / th 1990). Foto-foto dari reuni tersebut bisa dilihat di album facebook Irvan.. silahkan add Irvan jadi temen dan jelajahi albumnya hehehehe.

Nah, setelah itu semakin banyak keinginan temen-temen untuk melakukan reuni,apalagi di facebook gaung reuni itu sangat kentara sekali.

Nah, kalo temen-teman hendak reuni dengan bertemu secara fisik, maka saya ingin reuni dengan kejadian-kejadian yang terekam di memori saya.

caranya?

ya dengan menulis cerita berdasarkan kejadian-kejadian yang asya alami atau dialami teman-teman. Oleh karena itu kalau kesamaan waktu, nama dan peristiwa, ya harap maklum saja..wong memang saya ingatnya begitu he.he.he.

Jadi, saya fait a compli duluan.

Nah kalo temen-temen mau nyumbang cerita saya terima dengan tangan terbuka lebar-lebar, sebagaimana serial Night and Days @ Magistra Utama alias Nad@MU yang juga banyak sumbangan dari temen-temen alumni MU..

So, let’s get rock!

*****

The Beginning

Lawang pertengahan 1987

Masuk SMANELA bagi sebagian besar alumni SMP di Lawang mungkin adalah sebuah prestasi dan prestige yang membuat bangga diri dan keluarga?

Bagaimana tidak wong SMANELA a.k.a SMPP adalah satu-satunya SMA Negeri yang ada di Lawang saat itu dan sampe sekarang (hehehe..kok gak nambah-nambah ya.. padahal SMPN 4 dan SMPN 5 akan segera dibagun di Lawang)

Selain alasan itu, untuk menjadi siswa SMANELA saingannya juga berat, karena banyak siswa urban dari luar kota, baik yang deket atau yang jauh ingin bersekolah di sana. (hehehe… ayoo yang urban ngacung.. Irvan, ALi, Henu, Jantok, hmmm siapa lagi ya? )

Nah, aku sendiri, sebenarnya was-was juga wong nggak nggak ada darah jenius dan pertasinya biasa-biasa aja, selain itu — konon dulu masuk SMANELA – juga bisa mengandung KKN (Walah… yang ini perlu investigasi lanjut biar nggak ada kasus Gayus-gayus baru .. emang gayus udah lair waktu itu… hihihii… emboh wes)

Nah seingat aku hanya sekitar 20 orang dari SMP ku yang masuk SMANELA, (Nggak tahu ya kalo lebih…. ada yang bisa ngasih tahu?

Mulanya agak grogi juga sekolah di SMANELA, maklum lah, modal otak pas-pasan, dan temen-temenku yang masuk SMANELA kayaknya yang rengking-rengking aja..

Kalo aku?

Hmm kayaknya habis ketiban lailatul qodar deh.. jadi pas EBTANAS (Itu tuh.. UAN versi tahun 1980-an) aku bisa ngerjain soal, walo gak hebat-hebat banget. Alhamdulillah DANEMku (kalo sekarang NUN) lumayan 40 … kalo dirata-rata sih nggak sampe 7, wong pelajarannya 6 biji.

Mulanya, sih aku pengin daftar di STM Negeri (sekarang SMKN 1 Singosari) jurusan elektro. Tahu enggak kenapa milih jurusan elektro?

Soalnya Waktu itu lagi musimnya intercom di kampungku (hehehe.. anak sekarang nggak tahu tuh asyiknya main itercom, soalnya sudah pake hape mainan fesbuk ama twiter) .

Wah, asyik lho mainan intercom, kita bisa onlen sama..temen-temen sekampung bahkan dikampungku saat itu jalur intercomnya sudah disambung ke kampung dorowati (itu sebelah timur pasar lawang) dan kampung simping (deketnya Rumah sakit jiwa) sampe nembus Sentul kecamatan purwodadi..

Wuihh seru… main intercom bisa ngebreak semenjak pulang sekolah sampe malem…

walah trus apa hubungannya dengan pengin masuk STM?

He-eh iya.. itu dia, khan waktu itu kalo mo bisa maen intercom perlu punya perangkatnya, nah kalo yang kroco-kroco kayak Gayus Tambunan.. (lho kok gayus lagi..wekekekek) nggak punya uang kayak aku ya ngrakit sendiri, beli PCB rangkainnya trus di solder sendiri, nah karena ilmu elektronya masih sangat terbatas power dari intercomnya juga kecil, (kalo istilah sekarang ya.. bandwith lah..) akibatnya ya mesti kalah dengan yang pesawat intercomnya punya power besar, suka kena jam.

Nah karena geregetan sering kena jam oleh user laen, maka aku bertekad untuk menguasai elektro lebih baik.. biar bisa bikin pesawat intercom yang kecil tapi powernya besar.. itulah alasanku ingin masuk STM Negeri jurusan elektro… (nggak tahu alasan ini nyambung ato tidak… soalnya ingatku ya kayak gitu ..weekss fait a compli lagi hhihihii)

Kok STM Negeri?

Lha iya lah masak iya dong.

Soalnya kalo STM swasta saat itu terkenal dengan tawurannya. Lha jelas nggak cocok sama aku yang berbadan langsing dan nggak bisa sprint dan sexy ( I’m too sexy for my legs.. kata Right said Fred). Ndak tahu kalo badanku seperti Arnold Swazanazegar pemain pilem Comando itu, mungkin aku juga daftar di STM Swasta.

Alhamdulillah Allah tidak mengabulkan cita-citaku masuk STM, soalnya untuk masuk jurusan elektro DANEM minimal 42 alias rata-ratanya 7! Wah jelas aku tidak lolos dengan sukses… sebenarnya bisa sih aku diterima di STM, tapi jurusan Mesin atau bagunan yang rata-rata DANEMnya lebih rendah.. wah tapi kayaknya aku nggak bakat deh masuk jurusan mesin soalnya di rumah yang ada cuman mesin jait sama mesin pasrah es… hihihi, apalagi bangunan.. hmm nggak ada bayangan… wong naik pohon jambu depan rumah aja gemeteran… hihii… nggak deh.. kalo naik-naik genteng apalagi… ntar bukan mbetulin genteng bocor, malah mecahin genting saking gemetarnya…

Ya, sudah akhirnya aku daftar di SMANELA, alhamdulillah keterima..

****

to be continued, insya Allah

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Serial Baru “to Live and Die @ SMANELA” # 1 The Beginning"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.