Article

Markus

 Rame-rame bicara soal si Gayus dan markus (makelar kasus) yang lain, saya teringat cerita salah seorang guru ngaji saya.

Suatu hari Pak Tohir, sebut saja begitu, salah seorang pengurus ormas Islam di kota kecil saya, berurusan dengan Polisi gara-gara motor butut yang dikendarainya sudah kadaluwarsa plat nomornya.

Beliau dihentikan dalam perjalanannya ke Malang oleh Polantas yang bertugas. Singkat cerita sang Polisi memberikan opsi, bisa melanjutkan perjalanan dengan cara damai atau motor ditahan dan mengikuti sidang di pengadilan Malang.

Pak Tohir yang keturunan Ambon dan terkenal orang yang tegas dalam masalah agama ini dengan terang-terangan menolak opsi damai yang ditawarkan Polantas yang menahanya.

”Baiklah Pak, besok hari Jum’at jam 8 Bapak ke pengadilan untuk sidang …” kata sang polantas

”Nggak pa-pa, saya akan datang.. nggak ada damai-damaian…” jawabnya tegas.

****

Pada hari yang dijanjikan Pak Tohir pergi ke pengadilan untuk menghadiri sidang yang katanya berlangsung jam 8. Begitu masuk halaman parkir pengadilan beberapa orang sudah mendekatinya sambil bertanya,

”Kasus apa Pak? Tilang, kami bantu pak… nomornya berapa…” tanya orang tersebut pada Pak Tohir.

Pak Tohir, tidak menggubrisnya, tetapi langsung berjalan menuju kantor pengadilan.

”Sudahlah Pak.. daripada sampean kelamaan, mending kita bantu.. nomornya berapa Pak.. kata si orang baru tersebut sambil berjalan mengiringi Pak Tohir.

”Nggak sudah..sudah kalian ke sana…” bentak Pak Tohir.

”Lho..Pak, sampean nggak pernah kesini toh..?” si orang tadi malah balik bertanya.

”Emang kenapa?”

”Di sini ya begitu Pak, kalo cuman masalah tilang … nggak ada sidang-sidangan… “

Sejenak Pak Tohir berpikir, tapi kemudian,

”Sudah… bair aku urus sendiri..kalian pergi sana..”

”Tapi Pak…..kalo butuh panggil saya saja.. saya di luar sana Pak” kata si orang baru tadi.

Pak Tohir tidak menggubris. Dia pergi masuk ke kantor dan meminta informasi kapan persidangan dimulai. Oleh petugas diberitahu, nanti akan dipanggil satu-persatu. Akhirnya Pak Tohir menunggu ditempat yang disediakan.

Menit-menit berlalu, dan sudah hampir satu jam, tidak ada tanda-tanda dia dipanggil. Pak Tohir mulai resah.. dia kembali bertanya jam berapa dia akan dipanggil, jawaban masih tetap sama.

”Gimana Pak, saya bantu saja biar cepat..” kata orang tadi.

Pak Tohir melotot..

”Sudah sana…!” hardiknya, sambil kembali ke tempat dia duduk semula.

Menit demi menit berlalu lagi, jam sudah menunjukkan pukul sebelas kurang, Pak Tohir harus segera bergegas pulang untuk menyiapkan Khutbah Jum’at. Sementara belum ada panggilan sama sekali. Dia bertambah resah, ketika hendak kembali kepada petugas informasi, orang yang menemuninya di tempat parkir tadi mencegatnya.

”Sudahlah Pak, saya uruskan saja..cepat.. bapak bisa segera pulang…”

Pak Tohir mulai goyah… antara menuruti orang tersebut dan mempertahankan idealismenya. Kalau dia bersikeras maka belum ada kepastian jam berapa dia akan di panggil sidang, padahal dia harus segera persiapan khutbah jumat.
”Ya, sudah kamu urus..ini nomornya.. aku ke toilet dulu, nanti kembali lagi ke sini.. kata Pak Tohir sambil bergegas akan ke toliet.

”Siap Bos…. Tapi ada uang administrasinya…”kata orang tadi sumringah

”Uang administrasi?”

”Lha iyalah Pak..

”Berapa?

”Lima puluh ribu saja Pak.. dijamin beres..

Segera Pak Tohir memberikan lembaran uang lima puluh ribuan, sejurus kemudian orang tersebut sudah menghilang dibalik ruangan pengadilan. Pak Tohir segera bergegas ke toilet.

Hampir lima belas menit berlalu, Pak Tohir kembali ke ruang tunggu. Dilihatnya orang tadi sudah di samping tempat dia menunggu.

”Lho kamu kok masih di sini…? tanya Pak Tohir.

”Sudah beres, Pak.. ini surat-suratnya..” katanya seraya menunjukkan lembaran kertas dan STNK motor Pak Tohir.

Pak Tohir membelalak, hampir saja dia tidak percaya, bagaimana mungkin dia menunggu berjam-jam tidak kunjung dipanggil, begitu ada yang menguruskan tidak sampai lima belas menit sudah selesai.

”Oke..tugas saya sudah selesai… saya pergi dulu Pak.. “ kata orang tadi. Belum sempat Pak Tohir membalas orang tadi sudah menghilang di kerumuan orang-orang.

”Kok bisa..?” tanya Pak Tohir berkali-kali sambil menuju tempat parkir.

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Markus"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.