Article

Surat Untuk Dayyan

 Minggu kemarin ketika ada rapat MOS (musyawarah orang tua siswa) di sekolahmu, Ummi ketemu sama Bu Lilik, kata beliau kalau Bang Dayyan itu kalau di kelas tidak suka nulis. Kalau di suruh nulis banyak sekali alasan Dayyan, yang capek lah, yang pusing, laper. Nah kalo sudah begitu, pasti setiap ditanya sesuatu Dayyan pasti gak bisa menjawab. Tapi kalau Dayyan dibiarkan melakukan apa yang Dayyan mau, meski sepertinya tidak memperhatikan pelajaran, Dayyan bisa menjawab pertanyaan Bu Lilik.

Ah, Dayyan, Abi dan Ummi nggak pernah risau jika Dayyan, nggak ranking di kelas, karena kami yakin bahwa rangking bukan segala-galanya. Kami sudah senang jika Dayyan bisa bersekolah dan tidak ketinggalan pelajaran, sudah itu cukup nak, toh semester kemarin meski Dayyan nggak mau disuruh belajar lumayan masih dapet urutan 13 

Kami juga nggak protes kok setiap kali, kami tanya apa cita-cita Dayyan. Dayyan selalu bilang, Kalau sudah besar nanti aku ingin jadi penjual kue, agar aku bisa belikan rumah Ummi

Iya, sayang, nggak papa. Apa karena itu Dayyan lebih suka mbantu Ummi di dapur kalau mau buat kue? (daripada Mbak Nadia atau Dik Habib), Suka pegang blender, dan suka bilang,

“Mi, mbok ya buat yang enak-enak gitu lho.. aku khan nggak selera makan?

Kami tahu, Dayyan nggak seperti Mbak Nadia, yang setiap semester selalu masuk 3 besar di kelasnya. Tapi kami juga yakin Dayyan punya sesuatu yang lebih dibandingkan Mbak Nadia, ataupun Dik Habib.

Bukankah Dayyan suka didepan komputer berjam-jam, sampai lupa makan? Bukankah Dayyan sejak TK dulu Dayyan sudah biasa mengajari Ustadzah bagaimana membetulkan kerusakan-kerusakan kecil pada komputer yang diutak-atik temen-teman Dayyan?
Bukankah Dayyan yang ngajarin Ummi bagaimana ngeprint dari Laptop? Nginstal game kesukaan Dik Habib?

Ya, semua itu kelebihanmu Nak, meski kadang kami juga jengkel ketika Dayyan main game dan nggak mau ngaji.

Ah iya, ngaji!

Dayyan, sungguh Abi sama Ummi pengin sekali kalau Dayyan itu bisa ngaji kayak Mbak Nadia. Iya, kami tahu kalau Dayyan nggak suka cara ngajar di pondok yang bikin Dayyan bosan ngaji, sampai-sampai, halaman dik Habib lebih jauh dari Dayyan. Tapi tetep ngaji ya sayang, trus juga Dayyan juga harus mulai rajin sholat. Duh masak yang suka nemenin Abi ke masjid dik Habib. Dayyan khan sudah hapal doa-doanya buat sholat.

Dayyan, besok tanggal 28 Maret Dayyan sudah genap 7 tahun lho. Dulu kalau Abi atau Ummi minta Dayyan sholat, khan Dayan sering bilang begini:

“Aku sholatnya, nanti aja, kalo sudah umur 7 tahun”
Iya khan sayang?

Nah, besok mulai tanggal 28, Dayyan kudu rajin sholat ya Nak.

Terus, kalau sudah umur 7 tahun, ngompolnya juga harus dikurangin dong, khan malu, masak minggu lalu, Dayyan pulang dengan baju dan celana ganti milik sekolah. Gara-garanya Dayyan ngompol lagi di sekolah. Dulu pernah pulang pakai training panjang – milik pak guru kali – juga gara-gara ngompol.

Duh, malu khan Bang, masa dik Habib aja udah nggak ngompol di sekolah kok. Lagian khan kasihan Bu Lilik, yang setiap saat harus membilas dan membungkus baju dan celana Dayyan yang basah kena ompol. Wah, Dayyan, kelak kalau Dayyan sudah besar, Dayyan harus berterima kasih sama Bu Lilik yang nggak pernah marahin Dayyan meski sudah beberapakali ngompol di sekolah.

Baiklah Dayyan, selamat ulang tahun ya, semoga Dayyan jadi anak yang sholih dan berguna bagi sesama.

Salam sayang

Abi dan Ummi

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Surat Untuk Dayyan"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.