Article

To Live and Die [TLAD] @ SMANELA # 15 : “Rosandi Dude – Dudu Rosandi”

Prolog  dari saya:
Alhamdulillah setelah semalam SMS conference bertiga antara saya, Ipan dan Ali, akhirnya siang tadi ba’da Jum’atan [7/08/2010] saya mendapatkan sumbangan cerita lagi untuk melanjutkan serial kesayangan kita ini.
Untuk teman-teman yang lain, saya masih menerima sumbangan ide/cerita dari kalian. Jangan khawatir, beri saya ide dan poin-poinya akan saya masak sedemikian rupa sehingga siap untuk disajikan.
Oke deh… langsung aja tancap gas baca sumbangan Ipan yang satu ini
***************************

“Rosandi Dude – Dudu Rosandi”

  • Terimakasih yang tak terhingga kepada Ali ‘leph’ Masyhar dan Heri ‘pairi’ MC, yang telah membantu ‘merangsang’ memory lama saya untuk sumbang cerita nyata ini…
  • Tulisan ini kami dedikasikan kepada sahabat kami Rosandi Sumadianto…
****
Ibarat sebuah tambang yang mengandung berbagai bahan yang berharga, kelas sosial satu-pun juga demikian, setiap orangnya punya potensi yang unik, yang nggak dimiliki kelas lain. Kalo si Eric dan Zainal – pemecah rekor telat dan bolos di SMANELA, Ipan dan Pairi yang mendirikan boy band beraliran campuran rap, ndangdut dan ndengkur yang nggak pernah dapat kesempatan manggung, Ali icon di sosial satu  dengan magic pelet-nya, Wawa yang ahli three poin dalam basket, dan tentu saja Mas Rosa – panggilan sayang buat Rosandi — salah satu sosok yang menonjol di kelas itu.
Nah, cerita kali ini tentang Mas Rosa.
Sosok Rosandi cukup menggemaskan buat semua orang, temen sekelasnya, buat guru-guru, dan buat SMA Lawang, apalagi buat seluruh ibu-ibu PKK yang pernah menjumpainya PASTI akan susah melupakannya.
Untuk ukuran kelas Sos-1 beliaunya terbilang paling rapi, paling bersih dan ganteng dibandingkan dengan  99% sosok lainnya yang gak jelas kriteria penampilannya alias, ABSTRAK ! Dengan badan ‘agak’ montok, mata berbinar, pipi chubby yang bersemu merah tiap 5 detik sekali,  jambang model bang haji Ma-Rama, kumis  ala Zorro, baju selalu masuk di dalam celana dalam dan rambut yang selalu klimis berminyak dengan merk terkenal pokoknya sangat eye cacthing deh, begitu orang masuk ke kelas sosial satu pasti yang terlihat duluan ya Mas Rosa ini. Intinya dengan ada Mas Rosa kelas Sos-1 serasa adem kayak dipasangin AC 5000 PK.
Selain penampilan yang mencorong dan unik, banyak sekali kelebihan beliau. Yuk kita ikuti sekuel penggalan kejadian bersama Mas Rosa, chapter demi chapter.
Chapter # 1:  Tulisan Tangan Miring ke Kiri
Mas Rosa mungkin satu-satu nya pemuda di jaman itu yang tetap mempertahankan tulisan tangan menyambung  alias latin – ya di saat tulisan si Eric, Zainal dan Ipan dan Pairi yang amburadul nggak karuan bentuknya-  tulisan mas Rosa terlihat Old Style dan elegan, yang lebih unik lagi tulisan beliau miring ke kiri bukan ke kanan seperti umumnya, ini bukti nyata bahwa Rosandi adalah mahluk hidup satu-satunya di dunia fana ini yang mempunyai ke-istimewaan itu. Untuk menghasilkan tulisan seperti itu – prosesnya agak rumit: setiap menulis buku yang beliau pakai bukan diletakkan secara horizontal atau landscape, tetapi secara vertikal alias potrait. Ayo siapa yang bisa nulis latin secara vertikal? Kalo huruf kanji orang Jepang masih mending!
Suatu ketika si Ipan pernah menanyakan perihal yang satu ini,
“Ros, kenapa sih nulisnya kok miring ke kiri?”
“Ginin  Pan, angin rejeki  itu mayoritas berhembus dari kiri ke kanan, kalo kita nulis dengan bentuk miring ke kanan maka  akan semakin terpuruk rejeki kita kalo kena angin, kalo miringnya kita siasati ke kiri saat dihembus angin kencang tulisan ini seenggak-nya masih tegak lurus” jelas Rosandi dengan mata berbinar, dan Ipan pun cuman manggut-manggut dengan takjub tanda tak mengerti mendengar jawaban yang filofosfis itu.
[Oh ya sampai tahun 2010 ini aja Microsoft hanya mampu membuat  efek italic yang miring ke kanan, belum bisa meniru punya Rosandi yang miring ke kiri, ISTIMEWA !]
Selain miring ke-kiri dalam menulis catatan Mas Rosa juga punya selara humor yang tinggi, buktinya buku sampul matematikanya bukan ditulisin MATEMATIKA tapi KUMPULAN SUMUR – Pak Muyoto sang Guru Matematika-pun sempat penasaran kok buku muridnya yang satu ini judulnya Kumpulan Sumur,
“Apa maksudnya Kumpulan SUMUR?” tanya Pak Guru
“Ini Bacanya dari belakang Pak.. SUMUR dibalik khan RUMUS… !” jelas Mas Rosa
Pak Muyoto cuman manggut-manggut.
Chapter # 2: Pelestari Budaya Dalam Negeri
SMANELA punya banyak sekali kegiatan ekstrakulikuler dan cukup beragam serta lengkap peralatannya. Tetapi mayoritas anak-anak lebih milih ekskul nge-band ato basket, atau sesekali beladiri, [kecuali anak-anak yang tergabung di SBTK – Sepak Bola Tutup Kaleng -- , liat cerita SBTK sebelumnya], alasan memilih ekskul tadi selain trend dan mentereng juga banyak temennya. Tapi beda sekali dengan Mas Rosa… beliau lebih memilih ikut KARAWITAN !
“Emang enak ikut karawitan Ros ?” tanya Ipan keheranan melihat Mas Rosa begitu khusyuk belajar Karawitan di ruang seni.
“Aku suka sekali Pan! Coba di SMA ini ada ekskul dalang aku juga mau ikut” jawabnya sambil bermain karawitan dan memukul gong :  “.. GUUUNNGGG….!”
“Trus kalo seandainya bisa ndalang, mau ngapain?”
“Nanti kalo aku sudah bisa ndalang, mau gak tak ajak manggung. Kamu dan Pairi,  Pan…?” katanya diantara suara gaung gong nya
“Wow…mau…mau.. dong..” Pairi antusias sekali
“Ya…..tunggu saja?”
“Wah kamu kok baik seh Ros?”
“Gini Pan, soalnya koleksi wayang kulitku khan kurang 2, nah postur kalian itu cocok sekali soalnya tinggal tulang dan kentut,  jadi pantes nggantiin wayang ku… “ jelasnya sambil tetap serius mukul gong.
“Slompret…..” berdua Ipan dan Pairi menggerutu
“GUUUNGGGG…..!!!!
Chapter # 3: Biker Sejati!
Si kelas Sos-1 Rosandi satu-satunya siswa yang pakai motor untuk ke sekolah. Padahal dari sisi umur beliau belum layak dapet SIM – seperti halnya temen lainnya, tapi ajaibnya beliau sudah punya SIM!
Menurut hasil investigasi yang dilakukan oleh Ali, mas Rosa memalsukan umurnya! Dengan melakukan pendekatan yang sopan kepada Pak RT-RW beliau meminta umurnya di tua-kan melalui surat keterangan RT dan Kelurahan. Sepeda yang beliau pakai-pun sering berganti, mulai sepeda motor bebek sampai vespa yang segede Gaban. Salah satu masalah yang beliau hadapi dalam berkendara motor cuman satu, Kakinya gak bisa nginjek tanah! Hal ini disebabkan  postur  beliau tidak seperti Pairi yang biasa berprofesi sebagai model Iklan SBTK, makanya setiap akan menghentikan motornya Mas Rosa agak terhuyung karena pijakan kakinya ke aspal sebatas ujung jempol kakinya saja. Agar pendaratan dari motor sempurna beliau selalu mencari pijakan, mulai tonggak tempat tiang bendera, tiang telepon dan listrik.
“PAN !!!…..”suara teriakan itu membuat Ipan dan Pairi yang lagi jalan bareng menuju gerbang sekolah menoleh, dari arah berlawanan terlihat sosok naik sepeda motor dengan kecepatan tinggi semakin mendekat.
“PAN..!!!…Brenti dulu..!!” teriaknya lagi, lambat laun terlihat sosok Mas Rosa sambil melambaikan tangannya, begitu mendekati tubuh Ipan yang juga seprofesi dengan Pairi, beliau langsung mencengkeram pundak  Ipan dengan eratnya, karuan tubuh langsing Ipan terhuyung-huyung hampir jatuh.
“Ada apa to …Ros??” tanya Ipan dengan cemas, takut ada sesuatu terjadi apa-apa dengan Mas Rosa
“Gak papa, terimakasih sudah bantuin brenti, soalnya tiang telepon yang itu kejauhan..”
GUBRAAAKS ….!!!
****
Suatu siang, karena di kelas serasa membosankan, iseng-iseng Ipan membuat burung merpati dari kertas bekas bungkus pisang goreng. Dia bisa bikin itu karena dulu pernah ikut kursus origami di ibu-ibu PKK tempatnya. Ya dari pada isengnya ngecatin tembok kelas dan nempelin tulisan di kaca kelas yang berakibat  masuk ruang BP, mending bikin origami.
“Wow….Ipan….lucu sekali” tiba-tiba ada suara Mas Rosa menggelegar di samping telinga Ipan.
Duh kamu ini, bikin kaget dan mengganggu konsentrasi aja…”  gerutu Ipan.
Aku buatkan ya, buat aku gantung di kamarku, ntar ikut ya ke rumahku, tak bonceng wes” rajuk Mas Rosa.
Ok Bos..” jawab Ipan tanpa pikir panjang lagi, soalnya kalo ke rumah mas Rosa banyak coklatnya di sana. Iya soalnya keluarga mas Rosa adalah penggemar barang klasik dan antik jadi perabot rumahnya banyak yang diplitur warna coklat begitu.
Perjalanan ke rumah Mas Ros cukup menegangkan jasmani dan rohani. Hal itu disebabkan Mas Rosa tidak pernah berada dan ber-alih di lajur kiri, padahal kalau naik motor khan jatahnya di sebelah kiri, tetapi beliau selalu di lajur kanan ! Padahal jalan yang dilalui adalah jalan raya Propinsi jurusan Malang – Surabaya !
“Ros…! kenapa gak milih lajur kiri ??” tanya Ipan dari belakang dengan perasaan kecut.
“Kalo di sebelah kiri, saat ada truk mepet kita, kita akan mencium kali ato parit yang ada disebelah situ Pan, bahaya khan?” jawabnya di sela suara angin yang berhembus. Ipan semakin ciut dengar jawaban itu, lha kalo di sebelah kanan gini bukannya kalo ada truk mepet, pastinya tambah mencium truk dari arah berlawanan batin Ipan
Laju sepeda motor dirasakan oleh Ipan semakin kencang, ini ditandai dengan semakin jarangnya pantat Ipan menempel di sadel motor dengan mantap. Hembusan angin yang keras karena sepeda motor yang melaju kencang tidak sebanding dengan bobot tubuh Ipan yang ringan bak kerupuk. Begitulah yang terjadi. Ipan semakin meng-eratkan pegangan tangannya di bawah sadel, takut tubuhnya semakin melayang gak karuan
“Ros….!!!” teriak irpan dari belakang takut suaranya kalah dengan suara angin. “Kenapa kok tambah ngebut Ros ?!!….” teriak Ipan dengan kecemasan semakin tinggi.
“Tenang pan ! “ balasnya sambil  teriak juga
“Kenapa?”
.
“Biar kita gak disalib kendaraan dibelakang kita itu…” jelasnya dengan pandangan tetap ke depan.
Dengan susah payah berusaha melawan hembusan angin dan menahan pantat nya supaya tetap lengket di sadel, Ipan berusaha melihat ke belakang, ingin tahu kendaraan macam apa yang dimaksud Rosandi,
“Wuaaa…. ………BUS JURUSAN MALANG –SURABAYA…!!!
“Ros…. semakin Busnya mendekat…!!
“Tenang pan, kita nggak kan kesalip ! “
“Waks…!?!!” begitu bathin Ipan,  sepeda motor 100cc mau melawan bus besar ber-ribu-ribu cc??
“Duh gusti…paring-i aku selamet…” ucap Ipan dalem hati, karena sudah susah kalo diucapkan secara verbal !
Akhirnya sampai juga di rumah Rosandi dengan hati tinggal ¼ karena yang ¾ sudah ilang kebawa bus jurusan Malang – Surabaya tadi.
“Nih Pan, bikinin dengan bermacam ukuran ya burungnya” kata Mas Ros sambil memberi setumpuk kertas warna berbagai ukuran.
Setelah itu pasangin pakai benang terus digantung di langit-langit kamar ku ini ya...”
GUBRAAAKS!
Hilang sudah ¼ hati yang Ipan yang tersisa tadi

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "To Live and Die [TLAD] @ SMANELA # 15 : “Rosandi Dude – Dudu Rosandi”"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.