Article

Ramdahan @ Sukarno Hatta

Alhamdulillah, di hari kedua ramadhan 1428H ini saya diberi kesempatan ‘menikmati suasana ramadhan’ di jalanan kota Malang. Tujuan sebenarnya saya hendak ke On Air di radio di jalan dr. cipto, tetapi karena ada janji dengan teman-2 di LMI Malang yang ada di daerah dinoyo maka saya berkesempatan melewati jalan Sukarno Hatta. 

Kalo, ke dinoyo dari lawang biasanya sih saya lebih suka lewat karangloo via tasikmadu langsung ke dinoyo lebih dekat. Tapi karena sudah dua minggu proyek ‘gorongisasi’ pemkot malang telah ‘meruntuhkan’ jembatan di daerah tunggul wulung sehingga jalan pintas itu jadi mati total, jadinya lebih panjang dan lama kalo ke dinoyo lewat karangploso.

Memasuki fly-over di arjosari jalanan mulai padat, tumben pikir saya, wong kemarin siang aja nggak sepadat ini, biasanya pas ramadhan awal kayak gini jalanan sepi apalagi ini baru sekitar jam 4 sore! Akhirnya saya temukan jawabannya! 

Ya.. di sepanjang polowijen (sebelah selatan fly-over) ternyata ada pasar takjil dadakan. Wah jalanan macet banyak mobil pribadi diparkir dipinggir jalan, penumpangnya pada belanja takjil. Seingat saya ini terjadi ini baru mulai sekitar tahun 2004. 

Sebelumnya nggak ada, kalo di sini denger-denger yang jualan banyak ibu-ibu pkk, karena yang hal ini disponsori oleh pemerintah desa setempat. Yang ketiban tugas tambahan jelas pak polisi, terlihat beberapa polisi berdiri di pembatas jalan mengatur arus lalu lintas.. wah kasian pak polisi.. punya kerjaan baru… mengamankan orang ngabuburit berburu takjil. 

Saya ingat ketika saya masih pulang pergi naik angkot JPK beberapa tahun yang lalu, karena keluarnya jalur JPK pas di gang sekitar pasar kaget ini jadinya mesti ‘ngetem’ lama sekali. Saat itu ada beberapa penumpang ibu-2 yang berbincang-2 sambil melihat keramaian pasar tersebut!

“Iya ini orang julan takjil”

“Takjil itu apa sih?” tanya yang lain

“Takjil itu ya buka puasa” jawab ibu tadi.

Selanjutnya mereka sudah terlibat omongan yang lain, saya cuma ketawa, mungkin mereka ini non-muslim, masak takjil dikatakan buka puasa. 

Emang salah? Enggak juga sih, wong saya juga nggak tahu apa memang takjil itu dari bahasa arab dan artinya apa? Tapi setahu saya takjil itu makanan, nah mau dipake buka puasa atau enggak khan terserah yang makan.

Melewati daerah polowijen saya agak lega, tapi langsung dihadang macet di pertigaan adisucipto… ups sebel deh lewat sini!

Nggak sore, pagi, malem macet… udah gitu trafic light-nya itu lho kok terasa cepat sekali gantinya, baru terliat ijo.. eh udah merah lagi, padahal saya paling sekitar 20 meter dari lampu itu, brenti lagi!

Melewati borobudur, nggak terlalu ramai… begitu sampai ‘perempatan kapal’ sudah mulai macet lagi.. waduh ini pasti jualan takjil di sekitar taman budaya penyebabnya! BENAR! 

Disini lebih gila lagi, padahal jalan Sukarno Hatta [SH] cukup besar bisa macet! Gimana nggak macet wong yang jualan takjil pada merengsek ke tengah jalan, jadinya mobil-2 pada menyemut!

Disini lebih rame! Tapi polisi nggak serame di daerah polowijen. Dan penjual dan pembelinya beda sekali di sini, penjualnya sebagian besar cewek-2 fungki dengan pakian yang tahu sendirilah. 

Sebagian lagi cowok2 punk, rambutnya disemir merah, agak dekil, nawarin es kacang ijo, es pisang ijo [ngomong-2 baru kali ini ada es pisang ijo, kalo kelapa ijo sih dah biasa], de-el-el.

Kanan kiri jalan sama padetnya! Pas di depan taman budaya ada mobil van dari salah satu radio swasta yang ON AIR lansung dari lokasi! Beberapa meter di sebelah kanannya, tepatnya di Sokarno Hatta Square, selatan taman budaya ada grup band Live yang cukup ingar bingar. Sepintas saya dengar pengunjung bisa request lagu! Bener-2 meriah, khas event anak-anak muda!

Saya cuman berpikir, apa bener para penjual di SH ini dapet untung, wong sepintas saya lihat dagangannya ditaruh dibagasi mobil yang cukup bagus, apa BEP? Kayaknya lebih banyak biaya operasionalnya daripada untungnya! 

Yang bener-bener penjual kayaknya bisa dihitung jari, seperti salah satu stand Masakan Khas Banjar yang cukup rame pengunjungnya, penjualnya ibu-2 setengah baya pake kerudung, sebagian penjual lain saya liat ada yang penampilannya seperti ibu itu.

Tapi saya pernah baca, mereka yang jualan itu rata-2 mahasiswa dan katanya sih untungnya lumayan bisa buat sangu lebaran. Tapi menurut saya sih, yang beli itu kok lebih tertarik ke penjual yang fungki2 daripada ke jualannya.. ato memang ya penampilan penjualnya yang justru itu yang dijual?

Wah.. itu sih yang tau jawabannya mereka!

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Ramdahan @ Sukarno Hatta"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.