Article

Menyadari Trauma

Oleh : Hafidz 

Trauma, kenangan penderitaan masa lalu, dan sejenisnya cenderung kita TOLAK. 

Mengapa? 
Karena bikin kita gak nyaman.

Emang kalau ditolak kenapa? 
Ya ketakutan yang muncul atas penolakan tersebut akan cenderung terus berulang dan berulang kembali.

Jadi sebaiknya bagaimana? 
Rasa menderita, trauma dsb itu JIKA DISADARI, maka sebenarnya dia HANYA MAU NUMPANG LEWAT. Jadi ya DITERIMA saja, gak perlu ditolak. Kalau ditolak, dia akan teruuuuus aja menunggu di depan pintu. Kalau sudah lewat, ya sudah, jadi biasa lagi. 

Contoh:
Kebanyakan orang cenderung grogi ketika diminta berbicara di depan orang banyak, atau di panggung/podium misalnya. Tapi biasanya, rasa grogi itu muncul di menit² pertama doang. Habis itu, ya biasa lagi. Lancar ngomongnya. 

Ini memang PERLU DIALAMI dan *DISADARI*.

Sekadar urun persepsi, Bu Luluk 🙏

Bicara di depan orang banyak cenderung bikin grogi karena ada rasa TAKUT DINILAI TIDAK PANTAS ATAU TIDAK BAGUS PERFORMANYA. Artinya, masih cenderung terhanyut dengan APA KATA ORANG LAIN tentang diri kita. Perlu VALIDASI dari ORANG LAIN atas diri kita sendiri. Padahal, yang paling kenal diri kita ya siapa lagi kalau bukan ...... 😅


Emang kalau dinilai performanya jelek kenapa? Emang kalau keliatan grogi kenapa? Lha itu diri kita sendiri kok. Santai saja....terima saja apa adanya diri kita, lengkap dengan "kelebihan" dan "kekurangan"nya. 

Nah tuh, ngakak kan... Lha wong kelebihan dan kekurangan pun juga sebuah penilaian. Asline yo apa adanya saja... 🤣🤣🤣


1 komentar:

  1. Memang ga mudah mengeliminir hal yg menjadi trauma dipikiran. Namun semoga bisa. Mohon maaf lahir dan batin pak

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca tulisan "Menyadari Trauma "!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.