Article

Plihan itu Satu Paket!

Beberapa waktu lalu, sepulang dari kampus, istri saya bercerita baru saja menghadiri seminar proposal thesis dari seorang mahasiswa sesama jurusan yang juga topik bahasannya hampir sama dengan thesis istri saya. Setelah selesai seminar, sempat berbincang-bincang dengan sang mahasiswa, yang juga seorang guru di sebuah SMPN tersebut menceritakan bahwa saking bersemangatnya - eh saking khawatirnya - dia mengerjakan tesis itu dia sampai di rawat di rumah sakit, konon katanya sampai sebulan.

Mendengar cerita itu saya jadi ingat cerita teman saya yang kuliah S-3 di sebuah PTN Islam di Surabaya. Temen saya bercerita, saking beratnya disertasi yang mereka susun ada seorang temannya yang stroke dan yang ada yang lainnya malah terganggu kesehatan jiwanya.

Saya kira cerita semacam itu anda pernah mendengarnya, baik di lingkungan anda atau dari cerita orang lain. Apalagi di saat menjelang pemilu seperti sekarang ini, kita terbiasa mendengar betapa banyak “mantan caleg” atau mantan “cawali/cawabup/cawagub” yang hilang ingatan bahkan bunuh diri gara-gara gagal meraih cita-citanya menjadi anggota dewan atau jadi walikota/bupati /gubernur.

Lebih jauh lagi saya sempat berpikir, mengapa orang ada orang-orang yang merelakan dirinya bersusah menjadi sakit, gila dan bahkan mati untuk mengejar sesuatu yang kadang tidak terlalu penting bagi orang lain.
Apa sih gunanya gelar?

Apa sih yang dikejar menjadi anggota dewan?

... dan seterusnya?

Lantas apakah salah meraih gelar, menjadi anggota dewan, walikota dan seterusnya itu?

Oh tidak ada yang salah! Sama sekali tidak ada yang salah! Karena semua itu hanya masalah pilihan hidup.

Ya, pilihan hidup!

Setiap orang bebas memilih dan menentukan bagaimana dia menjalani kehidupan! Bahkan tidak ada seorangpun yang akan melarang pilihan-pilihan kita.

Namun yang sering terlewatkan saat kita menentukan sebuah pilihan yaitu bahwa semua pilihan itu mempunyai dua sisi yang harus kita bayar, jalani dan hadapi. Semua pilihan ada konsekuensinya, konsekuensi positif yang bisa jadi berupa keberhasilan, ketenaran dan sebagainya. Tetapi jangan lupa pilihan itu juga mengandung konsekuensi kegagalan, dan ujian kehidupan lainnya.

Sayangnya, saat memilih sebuah pilihan terkadang sebagaian kita lupa akan konsekuensi terburuk dari pilihan kita itu, sehingga jika hal itu terjadi kadang ada yang tidak rela dan mengingkari konsekuensi itu - akhirnya terjadilah apa yang seperti saya tuliskan di atas.

Hal tersebut bisa terjadi karena, bisa saja ketika kita menentukan pilihan tersebut, bukan semata-mata karena “kesadaran” diri kita, tetapi mungkin saja karena bujukan “iklan”. Iklan disini bisa jadi karena teman, karena keluarga karena kolega bahkan karena iklan beneran yang bertebaran baik di media massa, cetak maupun online. Apalagi jika iklannya tersebut hanya meng-iming-imingi meraih sesuatu dengan cara yang instan, cepat, anti ribet, dan tidak perlu kerja keras. Nah jika kita sampai termakan iklan tersebut, maka bersiap-siaplah menjadi korban dari pilihan yang kita lakukan secara tidak sadar tadi.

Akhirnya saya kira kita patut merenungkan sebuah pepatah dalam bahasa Inggris yang berbunyi, “Take as a package” atau “terimalah semuanya dalam satu paket/ utuh, (jangan hanya pilih enaknya saja).”

Wallahu’alam

****


Gambar diambil dari http://school.discoveryeducation.com/













Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Plihan itu Satu Paket!"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.