Article

Translation vs Interpretation

Foto dari Unsplash


Alhamdulillah setelah program Poem’s Order saya launching ( hehhehe bahasanya )- sudah ada sekitar 7 “naskah” yang perlu saya masukkan “oven untuk dimasak”.

 Tentu - ibarat memasak sebuah menu – perlu pendekatan dan sentuhan tersendiri – karena masing-masing orang mengajukan memesan menu yang berbeda. Nah yang lebih menantang lagi para pemesan ada yang sudah memberikan masakan jadi kemudian saya diminta “membuat dan menyentuhnya” dengan cita rasa saya – untuk yang ini saya perlu mencicipi berulang-ulang masakan itu agar masakan saya nanti rasanya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang sudah diberikan pada saya. Nah tentu saja masakan saya nanti itu saya usahakan seenak mungkin menurut saya bukan sekedar maramu bahan yang ada kemudian membuat masakannya. Begitulah kira-kira analogi saya terhadap puisi yang dikirimkan teman-teman pada saya – saya berusaha menginterpretasi sesuai cita rasa yang saya tangkap sehingga nanti hasilnya adalah sebuah puisi hasil interpretasi BUKAN puisi translasi – meski saya berusaha tidak menghilangkan pesan dasar  dari puisi yang sudah jadi tersebut.

 Sedangkan yang mebuat saya bebas adalah yang meng-order saya “masakan ini”  - untuk yang kategori ini saya lebih mudah berkreasi merangkai bumbu bumbu penyedapnya dan saya olah jadi masakan baru yang menurut saya lezat.

 Namun, apapun yang sudah diminta kepada saya – saya ucapkan terima kasih, beri saya waktu beberapa saat untuk segera menghidangkannya kepada anda lagi! Jadi mohon bersabar karena warungnya termasuk mendapat label SBM – Sabar Menanti – hehehe…

 Sekali lagi terima kasih :) :) :)

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Translation vs Interpretation"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.