Article

Idul Adha dan Ibunda Kita

Mumpung masih hari tasyrik, nggak ada salahnya melakukan sedikit perenungan tentang makna peringatan idul adha.

Selain untuk memenuhi perintah Allah, peringatan idul adha juga bisa kita jadikan sebagai saat untuk mengenang perjalanan hidup sosok-sosok manusiai agung yang pernah hidup di dunia ini. Salah satunya adalah perjalanan hidup Ibunda Hajar Radhiallahu anha istri nabi Ibrahim alaihisalam ibunda Nabi Ismail.

Marilah kita sejenak membawa ingatan kita ketika ibunda Hajar ditinggalkan hanya berdua dengan Ismail a.s di sebuah lembah yang gersang tiada kehidupan sama sekali. Karena kondisi alam yang tandus dan tiada persedian air yang memadai, membuat keduanya kehausan, bahkan air susu Siti Hajar menjadi kering.

Bayi Ismail yang kehausan membuat sang ibunda panik untuk menari air agar air susunya keluar lagi. Untuk itu beliau berlari-lari antara bukit shawa dan marwa untuk memburu bayangan air yang ternyata hanya fatamorgana. Sampai suatu saat pertolongan Allah SWT datang melalui hentakan kaki Ismail a.s munculnya mata air yang hingga saat ini bisa disaksikan oleh jutaan manusia yang sedang menunaikan ibadah haji atau umroh.

Sahabat sekalian, begitulah seorang cinta ibu kepada anaknya. Tanpa menghiraukan kondisi tubuhnya yang sama-sama lemah dan kelaparan beliau berusaha memenuhi permintaan anaknya tercinta, bahkan meski harus bertaruh nyawa.

Siti Hajar adalah contoh satu dari sekian wanita-wanita perkasa yang pernah dicatat dalam sejarah. Wanita perkasa seperti Siti Hajar adalah wanita-wanita yang melahirkan dan berada di balik lelaki-lelaki besar seperti Ibrahim dan Ismail a.s. Ismail tak kan jadi lelaki solih dan tegar menghadapi ujian dari Tuhannya tanpa sentuhan Siti Hajar.

Sahabat yang budiman, sadarkah kalian bahwa kehidupan kalian saat ini juga tidak bisa dilepaskan dari wanita-wanita besar yang telah mengorbankan segala agar kalian bisa seperti sekarang ini.

Ya mereka adalah ibunda kita yang berada jauh dibalik layar keberhasilan kalian saat ini kalian akui atau tidak!

Ya, meski ibunda kita hanya seorang wanita desa sederhana yang tinggal di dusun yang terpencil lagi buta huruf dan tanpa pendidikan yang tinggi, tetapi dari cucuran keringat dan nafas merekalah kita ada seperti sekarang ini.

Saudaraku sekalian, bukankah tidak ada salahnya kalau saat idul adha kita juga mengingat pengorbanan wanita-wanita perkasa yang telah berjasa dalam kehidupan kita?

Begitukah?

******

Sekedar catatan pembunuh waktu

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Idul Adha dan Ibunda Kita"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.