Article

Andai Ramadhan Sepanjang Tahun

Kamis sore, 2/09/2010, setelah hujan deras mengguyur Lawang, saya bersama seorang relawan Lembaga Manajemen Infaq Malang – http://lmi-malang.org pergi ke Panti Asuhan Al Mustaqim di daerah ketindan di dekat kebuh teh Wonosari yang terkenal itu.
Oh iya, tujuan kami adalah untuk menggambil dokumentasi acara buka bersama dengan anak yatim yang dananya berasal dari donator LMI Malang. Dokumentasi ini kami butuhkan untuk laporan administratif kepada donatur.
Hawa dingin dan gerimis benar-benar menguji saya yang saat itu baru saja pulih dari sakit. Dengan Bismillah saya berangkat dari rumah sekitar jam 17.00 – setelah bertemu dengan akh Sandy yang pada sehari sebelumnya sudah mensurvei panti asuhan tersebut sehari sebelumnya.
Kami mencapai panti asuhan tersebut sekitar 15 menit sebelum adzan maghrib. Disana kami disambut dengan baik oleh pengasuhnya, dan tak lupa para penghuni panti yang sebagian besar berusia anak-anak SD tersebut bergantian menyalami dan mencium tangan kami. Duh saya sebenarnya gak sreg, bukankan sunnahnya Rasulullah s.a.w adalah kita yang memuliakan mereka dengan cara mengusap-usap kepala mereka? Tapi karena mereka bergantian satu persatu menyalami kami tentu jadi sulit kami melakukan itu.
Panti asuhan yang menurut pengelolanya berisi sekitar hampir 150 orang anak yatim putra-putri dari berbagai daerah di Jatim juga memberikan pendidikan bagi mereka meski baru setingkap Tsanawiyah.. atau SMP sungguh sangat menyedihkan membayangkan sebanyak itu generasi bangsa ini di jaman yang seperti ini baru bisa sekolah sampai tingkat SMP
Saat kami berbincang dengan pengasuh, ada sebuah kendaraan memasuki areal panti asuhan.. dan beberapa saat kemudian para anak-anak panti membawa beberapa tas kresek besar berisi kotak makanan ke dalam panti.. beberapa saat kemudian Bu Nyai bilang,
“Sumbangan ngeten niki mboten sanjang rumiyin… dados kadang-kadang dobel.. lha ingkang saking panjenengan dipun damel sakmeniko, ingkang niki damel sahur lare-lare [sumbangan seperti ini tidak bilang dulu jadi kadang-kadang dobel- yang dari saudara untuk buka sekarang yang kiriman ini buat sahur nanti]”
“Oh mboten nopo-nopo Bu…!” jawab teman saya
“Monggo Pak pun bade adzan, menawai panjenangan bade ningali lare-lare buko… [Mari Pak, sudah hampir adza, kalau anda mau melihat anak-anak berbuka]” kata pengasuh yang menenami kami.
Segera kami berdua bergegas ke tempat makan anak-anak yang tidak lebih sebuah teras besar. Di sana masing-masing anak sudah menghadap sebuah mangkung berisi kolak. Semua berderet rapi, yang laki-laki disebelah selatan yang perempuan disebelah utara.
“Allahumma laka sumthu wabiika amantu waala rizqika afthartu birahmatika ya arhama rahiimin…” begitu anak-anak itu serempak mengucapakan doa buka puasa.. terus terang saya merinding mendengarnya… meski saya sudah sering mendengar doa itu dari mulut anak-anak di rumah tapi ini sungguh berbeda. seumur hidup saya baru kali ini menyaksikan buka bersama anak yatim berjumlah sebanyak itu dengan menu yang cukup sederhana.
Kami mengambil beberapa dokumentasi, selanjutnya anak-anak segera berhamburan menuju masjid. Tetapi pengasuh menahan kami untuk ke masjid tetapi diminta makan dulu bersama dengan pengasuh yang lain, jujur sebenarnya kami nggak enak, tetapi karena menghormati tuan rumah akhirnya kami makan secukupnya.

Kemudian kami sholat jamaah, setelah sholat anak-anak sekali lagi menyalami kami. Hati saya trenyuh sekali ternyata anak-anak itu ada yang bajunya robek.. duh, mungkin baju itu di rumah kita sudah jadi lap lantai, tapi di sini dipakai seorang anak untuk menyembah Tuhannya…
Akhirnya kami tahu kenapa para pengasuh harus makan duluan karena begitu selesai sholat jamaah, kami diajak kembali ke tempat anak-anak makan. Para pengasuh yang cuman enam orang itu harus melayani dan menyiapkan makananan buat anak-anak yang sudah duduk rapi lagi ditempat semula. Ada yang membagikan makanan, ada yang memberikan krupuk, ada yang memberikan air minum, begitu sampai anak-anak kebagian.
Disela-sela kami menyaksikan itu dan mengambil dokumentasi, bu nyai mendekat kepada kami..
“Pak dana yang dari panjenangan dibuat untuk dua kali, hari ini dan besok..”
“Deg!” saya berpandangan dengan teman saya. Bukan apa-apa, saya hanya kaget karena dana yang tidak terlalu banyak yang target kami hanya untuk sekitar 60 orang sudah bisa dibagi menjadi hampir 100 orang lebih itu sudah luar biasa, dan ini dibuat untuk dua kali… Subhanallah! Apa ini yang dinamakan berkah? Seandainya bisa ada dana seperti itu setiap saat di luar ramadhan betapa berkahnya harta orang yang memberikan bantuan pada mereka..
“Ya Allah lipat gandakan pahala mereka yang menyantuni anak yatim dan berkahillah harta mereka, tunaikan hajat mereka Ya Arhama Rahiimin..”

Wallahu’alam

Kami pamit meninggalkan panti asuhan dengan perasaan sedih semoga kami bisa kembali dengan memberikan yang lebih baik, dan dengan sedikit berandai-andai ramadhan setiap sepanjang tahun tentu anak-anak ini lebih bahagia…
Lawang, 4 oktober 2010

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Andai Ramadhan Sepanjang Tahun"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.