Article

IBSN: Berperang Dengan CInta

akan kuperangi orang yang memusuhiku dengan cinta. (Imam Syahid Hasan al Banna)

Suatu ketika Rasulullah s.a.w menyampaikan risalahnya di daerah Thaif. Sesampai di sana seruan beliau ditolak oleh kaum thaif, tidak itu saja beliau dilemparin batu oleh anak-anak dan diteriaki sebagai orang gila. Dengan tubuh berdarah-darah akibat lemparan batu tadi, beliau istirahat di sebuah tempat, datanglah malaikiat Jibril a.s. Sang malaikatpun tidak tahan melihat penderitaan yang dialami Rasulullah s.a.w dan menawarkan kepada beliau untuk membalikkan gunung uhud dan menimpakan pada kaum tadi. Tetapi manusia agung s.a.w tadi menolak dan menyatakan pada Jibril bahwa meskipun saat itu mereka menolak seruan beliau, tetapi beliau berharap masih ada anak cucu dari kaum tersebut yang mau mengikuti seruan beliau. Tidak itu saja beliau mendoakan mereka dengan doa yang sungguh luar biasa indah:
“Ya Rabbi, ampuni kaumku sesungguhnya mereka tidak tahu
Setiapkali saya mengingat kisah tersebut, setiap kali pula saya ingin menangis, betapa teladan kita itu telah memberikan sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua.
Saudaraku, betapa sering ketika kita berinteraksi dengan orang-orang disekitar kita menemui prilaku orang-orang yang seperti digambarkan pada kisah di atas. Betapa kita menyaksikan dan mengalami ketika kita melakukan sebuah usaha untuk menyerukan dan mengajari kebaikan kepada orang lain - yang bisa keluarga kita, teman-teman kita dan orang-orang yang ada di sekeliling kehidupan kita - yang terjadi adalah sebuah penolakan yang sering menyakitkan kita.
Semakin besar penolakan seseorang, secara naluriah pasti semakin jauh kita berusaha menghindarinya, bahkan tidak jarang yang terlontar dari mulut dan prilaku kita adalah mengutuki orang tersebut:
Sudah diingatkan baik-baik, eh… malah marah marah, pake ngolok-ngolok segala mungkin begitu yang akan tercetus dari mulut kita.
Kasus lainnya adalah ketika kita mendapati prilaku dan tindakan seseorang yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran yang kita yakini. Maka tidak jarang kita segera menghakimi orang tersebut dengan standar yang telah kita pakai tadi. sebenarnya itu tidak menjadi persoalan ketika melakukannya, tetapi akan menjadi hambatan kita untuk berinteraksi dengan orang tersebut tatkala kita menjatuhkan vonis itu dalam bentuk tindakan dan ucapan kita:
“orang ini sudah bejat, rusak akhlaknya, sudah tidak bisa diperbaiki” dan label-label lain yang memang menurut kita pas buat dia.
Sahabatku, saya kira kalian pasti tahu apa yang akan terjadi bila itu kita lakukan. Ya! Sebuah penolakan dan bahkan permusuhan baru akan tercetus dari tindakan kita melakukan vonis tadi. dan akhirnya sudah tertutup pintu untuk memperbaiki dan menyampaikan pengajaran kepada orang tadi.
Baiklah, kalau orang tersebut orang lain dan kita tidak mempunyai hubungan yang sangat penting - mungkin tidak akan masalah, tetapi jika ternyata orang tadi adalah orang-orang yang dekat dengan kehidupan kita, keluarga kita, pasangan kita, anak-anak kita, orang tua kita. Kira-kira apa yang terjadi dan bagaimana kita akan menjalani kehidupan ini dengan orang-orang yang telah kita vonis bersalah tadi?
Tentu sebuah kehidupan yang tidak harmonis dan nyaman.
Imam Syahid Hasan al Banna, merangkum teladan Rasulullah s.a.w tadi dengan sebuah kata-kata yang indah: akan kuperangi orang-orang yang memusuhiku dengan cinta
Ah, kalau orang yang memusuhi saja diperangi dengan cinta apalagi orang-orang yang tidak memerangi kita, tetapi hanya melakukan kesalahan karena dia tidak faham akan tidakannya itu. Bukankah orang-orang tersebut lebih berhak mendapatkan cinta kita?
Begitulah tantangan kita, menjadi pembelajar dan pengajar dalam kehidupan ini. Dan bukankan akan menjadi indah ketika kita melihat seseorang yang melakukan kesalahan dengan cinta.
Ya, melihat mereka dengan cinta, akan menimbulkan rasa kasihan terhadap mereka, kasihan atas kebodohan mereka, meskipun kebodohan mereka itu terkadang membuat kita menderita. Tetapi dengan cara pandang ini akan menggerakkan kita untuk mendekati dan menyentuh mereka dnegan cara yang baik dan membimbing mereka agar terhindar dari kesalahan dan kebodohan mereka.
Yang tidak kalah penting lagi adalah senantiasa mendoakan orang-orang tadi senantiasa mendapatkan kebaikan.
Bukankan hal itu begitu indah dan menentramkan jiwa kita?
Saatnya kita belajar lagi untuk memandang kebodohan dan ketololan orang lain dengan cinta.
Bisakah kita?
****
PS: Terimakasih yang sangat tulus kepada Ustadz Hasan yang mengigatkan akan hal ini pada saya, pada sebuah diskusi di malam ahad, 29 oktober 2008. Semoga Allah s.w.t menjadikan nasihat ustadz sebagai amal yang tidak putus dengan saya sampaikan melalui tulisan ini. Amin

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "IBSN: Berperang Dengan CInta"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.