Article

Open Idea : Pendobarak Kejumudan

 Jika kita mengikuti sejarah perkembangan dunia Teknologi Informasi maka ada sebuah fenomena yang sangat fantastis terjadi di akhir era 80-an hingga 90-an. Saat itu komunitas telematika dunia dikejutkan dengan “huru-hara” unculnya the rising star operating system (OS) LINUX. Mengapa dikatakan huru-hara?

Pertama, Tidak lain karena kemunculan Linux membawa dampak yang sangat serius dalam mengubah peta hegemoni penggunaan OS yang hampir 3 dekade dikangkangi Microsoft dengan produk Windows-nya (baik untuk keperluan coprporate (server) maupun personal).

Kedua. Munculnya Linux menjadi pesaing yang sangat signifikan bagi perkembangan Windows sangat mengejutkan, karena menurut ramalan para pakar, ntuk menggeser pengguna MS Windows sebesar 25% saja dibutuhkan paling tidak 2 dekade – sejak kemunculannya pada akhir 80-an — oleh Linux. Artinya diperkirakan tahun baru sekitar 2005 s/d 2010 Linux bisa merebut hati pengguna MS Windows. Analisis ini cukup beralasan karena pesaing windows selama ini seperti Mac OS dari Apple atau OS2 dari IBM, atau Unix baru bisa merebut tidak lebih dari 10% pangsa pasr windows. Tetapi para analis itu salah… sejarah membuktikan lain bahwa Linux hanya butuh kurang hari 1 dekade untuk membuat orang lain berpaling padanya. Bahkan kabar terakhir tidak hanya pangsa pasar windows saja yang dijarah tetapi pangsa pasar Unix dan Mac juga digerogoti oleh Linux.

Ketiga. Jika kelahirannya Linux hanya dianggap anak haram dari unix, sehingga tidak banyak perusahaan besar yang mau melirik untuk mengadopsinya… tetapi sekarang selain memunculkan dan membesarkan perusahaan baru yang konsisten dengan produk Linuxnya, tertanya Linux menjadi incaran raksasa-raksasa di Silicon valley. Tidak kurang dari IBM, corel, dan bahkan yang terakhir Sun Microsystem (perusahaan pemegang lisensi Java) mulai menggandeng Linux untuk menumbangkan kerajaan Redmond (Microsoft) .. eh bener di Redmond ya tempatnya Bill Gates… sorry agak lupa D)

Keempat, dengan adanya keputusan pengadilan amerika yang memaksa MS memecah” perusahaan menjadi dua, semakin banyaknya komunitas yang sudah muak bahkan menyerukan boikot terhadap Microsoft akibat kecurangan-kecurangannya… maka semakin naiklah popularitas Linux. (lihat www.arachnoid.com)

Sekarang pertanyaannya apakah yang menyebabkan Linux bisa menjadi fenomena? tidak lain karena Linux dibuat dengan menganut sistem OPEN SOURCE CODE (OSC) yang memakai lisensi GPL (General Public Licence atau juga dikenal GNUpyright) BUKAN sistem lama yang menganut CLOSED SOURCE CODE (CSC) dengan copyright-nya?

Emang ada apa dengan OSC dan GPL? (bagi yang belum familiar dengan OSC dan GPL bisa lihat di www.gnu.org à ada halaman versi Bhs. Indonesianya, atau www.fsf.org atau www.stallman.org ) Dengan membeli/mamakai software yang mengikuti OSC dan GPL maka kita BERHAK MERUBAH sedikit atau banyak atau bahkan keseluruhan dari program tersebut. Karena listing program – (kode kasar) tolong yang pakar komputer bantu saya nerangin apa itu listing
program :p) – dari dari program/software tersebut disertakan dan kita boleh berbuat semau kita dengan kode dasar tadi tanpa perlu takut disebut pencuri, pembajak, raptor atau pelanggar hak cipta.

Keuntungan yang paling jelas dengan adanya OSC/GPL ini adalah siapa saja yang tahu sedikit-apalagi banyak – tentang pemrograman komputer bisa bikin ksperimen dengan merubah beberapa baris atau banyak baris dari kode dasar program tadi untuk mendapatkan tampilan seperti yang kita inginkan. Contoh mudahnya sebagai berikut, misalkan anda beli/download software GPL berbahasa Inggris kemudian anda nggak suka dengan kata-kata File, Edit, View, Insert dsb dsb pada tampilan ya… anda lebih suka kalo itu pakai Bhs. Indonesia – ato madura :D ) – maka anda cukup membuka kode dasar dari software tadi dan mengganti kata-kata tadi dengan: Berkas, Sunting, Lihat, sisip, dsb… dan jika anda mau maka anda bisa mengedarkan hasil karya anda ke khalayak dengan nama LINUX GIMIN atau LINUX MADURA dst..dst.. sekali lagi Anda tidak khawatir di tuduh PEMBAJAK atau yang lainnya.. begitu sederhananya…

Nah itulah yang dilakukan si Linus Trovald dengan mini unix yang di obrak-abriknya dan diganti dengan Linux (plesetan namanya)… selanjutnya dia sebar hasil karya beserta koder dasar-nya ke newsgroups dan milis, maka respon-pun berdatangan… banyak orang yang tertarik untuk mengutak-atik OS ramuan si Linus… semakin hari semakin banyak orang yang merevisi-memperbaiki kekurangannya di sana-sini… dan karena yang mengerjakan banyak orang maka banyak pula variasi yang timbul… mulai yang embuat linux tetap OS kecil dan simple, sampai membuatnya menjadi gede dan berusaha meniru tampilan windows. Dalam waktu singkat proyek-proyek pembuatan linux semakin tersebar kemana-mana, sehingga kita sekarang bisa menemukan Linux Mandrake, Corel Linux, Debian Linux, SuSe Linux, Monkey Linux… dan yang berbahasa Indonesia kata kita kenal dengan nama Trustix Merdeka.

Keberhasilan ini diikuti dengan banyaknya dan maraknya program-program aplikasi pendukung Linux yang sekali lagi menggunakan konsep OSC/GPL dan jangan heran jika sekarang kita lihat bahwa sudah tidak sulit lagi untuk
mendapatkan software yang setara dengan yang dipakai windows… bahkan sampe-sampe perusahaan besar semacam IBM menyediakan dana khusus untuk mendorong munculnya program-program OSC/GPL … jika ingin menengok cobalah
kunjungi situs: www.sourceforge.net disitu tempat berkumpulnya Open Source Comminty berkarya.

OPEN IDEAS

Selanjutnya ada beberapa pertanyaan yang selalu menggelitik saya…
(1)”Bisakah Fenomena Linux kita pakai dalam dunia/bidang lain selain TI – khususnya dalam bidang tulis menulis?”
(2)” Maukah para senior-senior dibidang penulisan kita “merelakan” karyanya untuk diobrak-abrik — dijadikan eksperimen dan kelinci percobaan oleh para junior di bidang tulis-menulis, (seperti saya:-)?”
(3) “Maukah para penerbit mencantumkan GENERAL PUBLIC LINCENCE disetiap buku yang dicetaknya sebagai pengganti CopyRight?” (FYI- Nurul Fikri Computer sudah pernah melakukan ini pada sebuah buku yang dicetaknya— soalnya dari khabar yang saya baca pimpinan NFC adalah ketua KPLI – Kelompok Pengguna Linux Indonesia – cabang Jakarta)

Apakah ini ide yang muluk-muluk?
Saya kira tidak! Saya teringat sebuah kisah tentang Master Piece-nya Imam Syafii – semoga Allah memberikan rahmat kepadanya – “USHUL FIQH”.. sebuah pedoman (rambu-rambu dasar ) bagi para imam mujtahid/ahli fiqh yang hendak
memutuskan sebuah perkara! Begitu buku ini di-launching (begitu mungkin istilah kerennya saat ini) maka banyak sekali tanggapan dari berbagai madzhab yang berbeda dengan Imam Syafii. Pada dasarnya mereka yang berbeda madzhab dengan beliau tidak menolak karya tersebut, tetapi mereka “membuat” atau lebih tepatnya menambahi dan mengurangi hal-hal yang sesuai dengan mahzab-nya masing-masing… akhirnya kita dapati ushul fiqh syafiiah (pengikut imam syafii), ushul fiqh Malikiyyah, dan seterusnya, bahkan ada yang menggabungkan ushul fiqh dari berbagai madzhab yang ada. Hingga sekarang kita masih bisa menikmati karya-karya ushul fiqh dari berbagai aliran… Itu saja? Tidak!. Kita juga lihat bahwa ulama modern seperti Said Hawwa juga melakukan hal yang sama, beliau “merevisi” (membuang hadis-hadis yang lemah) karya imam Al Ghazali Ihya Ulumuddin dan memberi nama buku hasil revisinya “Tazkiyatunnafs” (Mensucikan Jiwa – Robbani Press).

Sekarang mari kita berandai-andai.
1. Seandainya hal yang sama kita lakukan (menggubah sebagian atau hampir seluruhnya) kepada karya-karya kontemporer “non-religius” seperti karya-karya para senior FLP di sini, kira-kira apa yang akan terjadi?
2. Seandainya kita yang junior ini mempunyai ide yang sama tentang suatu hal tetapi entah itu karena keduluan atau faktor yang lainnya, sehingga ide itu ternyata sudah dituliskan oleh para senior kita. Apakah kita masih berani dengan pede me-release karya kita? (jujur saja saya pernah mempunyai ide untuk menulis tentang perjuangan rakyat chechnya beberapa tahun yang lalu. Ide tersebut semakin mengkristal setelah membaca berita dan ulasan dari Republika… dan saya tertarik dengan syair orang chechnya yang sempat dicuplik di Republika, saya berpikir … wah syair ini bisa tuh untuk bahan cerita…. Tetapi apa yang terjadi… dikala saya sedang memeras otak yang kebetulan agak lelet ini untuk merangakai cerita… eh.. tahu tahu saya sekitar dua minggu berikutnya saya udah melihat hasil karya mbak Helvy atau Mbak Izzatul Jannah (?) dengan tema serupa dan dengan mengutip syair yang ada di Republika pula… di majalah Annida/Ishlah (?).. kontan buyar deh semangat saya melanjutkan memeras otak… dan frustasi berat deh…. Dan sempat mengutuki diri kok saya nggak secerdas mbak-mbak tadi! :)
3. Andaikan saya bisa menggubah serial Balada si Roy-nya Mas Gola Gong yang saya gemari ketika di SMA dulu? (Eh nggak nyangka lho kalo Allah mempertemukan saya dengan mas GG di forum ini… Salam kenal dari saya mas GG… saya penggemar sampeyan… tularin dong ilmu-nya diiikiiiit aja sama saya…. And just FYI – mas GG, ada lho temen saya begitu ngefans sama si Roy-nya mas GG sampe-sampe dia ninggalin kuliahnya di brawijaya dan berpetualang ninggalin rumah hampir tiga tahun lamanya… tahu nggak? Keluarganya sampe shock berat… dan saya tahu kalo dia ngilang setelah baca
tulisan sodaranya di koran – di pembaca menulisnya Jawa Pos-yang memintanya pulang… dan dia pulang pas menjelang takbir idul fitri tahun 1996.. seru deh seluruh keluarga nangis bahagia…. Saya jadi inget cerita si Roy… kalo pulang ketemu mamanya… !)

Ya itulah sedikit andai-andai, yang bisa saya andaikan… sebenarnya masih banyak lagi keuntungan dari kita para junior bila konsep Open Idea (bukan Open Source Code-soalnya nggak ada kode dasar di penulisan!)… di setujui oleh komunitas ini… pasti deh nanti akan ada balada si Roy -versi Aremania. Atau Mc Alister versi ngajogjakarta dan seterusnya…. Dan sekali
lagi kita nggak usah kahwatir lagi dituduh sebagai plagiat, penjiplak atau pembajak karya orang lain…Secara pribadi sih… saya ekstrim mengatakan sebenarnya TIDAK ADA namanya penjiplakan atau pembajakan… wong yang dikatakan mbajak itu juga mikir lho…coba lihat masak puisinya Chairil Anwar “Antara Kerawang dan Bekasi” yang menurut saya bagus itu… tembakan dari “The young Death Soldier” …dikirain nggak mikir tuh om Chairil…. Atau yang paling kontemporer apa
Project-P itu tidak mikir walau sekedar memparodikan tenda birunya Desi ratnasari? ……semuanya perlu waktu… semua perlu usaha… so why should be blamed?
… Trus saya juga sedih deh… melihat siapa tuh yang mengarang Novel “Arjuna Mencari Cinta” nuntut Group Dewa … hanya gara-gara dewa membuat lagu yang judulnya sama… wah… kasus ini sih menurut saya muatan budaya kapitalisnya terlalu
tinggi… harusnya khan bersukur… novelnya bisa dipromosikan gratis… seharusnya dia berpositif thinking kayak gitu!…

Ah udah ahh capek

Ditanggapin aja kalo mau, di baca saja kalo males, atau di delet saja kalo gemes, atau kirimin saja saya parcel kalo mangkel :p)

Wassalam

Malang, 17032003

****

Artikel asli diposting di milis FLP pada Fri, 18 Apr 2003

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Open Idea : Pendobarak Kejumudan"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.