Article

OSPEK Berorientasi Bisnis (Kerja), Mengapa Tidak?

 Sudah saatnya Ospek yang berorientasi penyiksaan fisik kepada (calon) mahasiswa baru di hapuskan di semua level pendidikan di Indonesia, terutama di tingkat Perguruan Tinggi (PT). 

Karena kegiatan ospek seperti itu tidak hanya kurang produktif serta tidak menyentuh wilayah keilmiahan yang didengung-dengungkan di dunia PT saja, tetapi juga sangat memperbodoh para mahasiswa secara intelektual. 

Dan sudah bukan berita baru lagi jika ospek hanyalah sebagai sarana rutinitas dan ajang balas dendam dari para senior pada juniornya.

Oleh karena itu sudah sepantasnya kegiatan ospek dikemas dalam suatu bentuk kegiatan yang cukup fun, fresh and focus dan tentu saja kegiatan tersebut harus bisa menjadi ajang pencerahan bagi para (calon) mahasiswa yang akan memasuki dunia Pendidikan/Perguruan Tinggi (PT) yang diharapkan akan sangat berbeda sekali dengan dunia pendidikan sebelumnya (SMU).

Salah satu kegiatan yang kiranya cukup menarik dan bermanfaat adalah berupa kegiatan yang dapat membuka pikiran para mahasiswa baru tersebut untuk menyiapakan dirinya memasuki dunia bisnis (kerja) begitu mereka belajar di bangku kuliah.

Mengapa kegaiatan seperti ini yang harus diadakan pada saat ospek? Untuk Menjawabnya maka kita harus berani berkata jujur bahwa fakta dilapangan mengatakan ternyata lebih dari 95% mahasiswa yang belajar di PT pasti menginginkan mereka akan bisa bekerja setelah mereka lulus kuliah nantinya! 

Sialnya meski pihak PT mengetahui benar hal ini tetapi selama proses pendidikannya PT sebagai institusi yang mendidik mereka hanya memberikan sedikit sekali perhatian – kalau tidak boleh dikatakan diabaikan sama sekali– terhadap ‘masa depan’ para alumni setelah mereka lulus nanti. 

Tidak jarang terdengar ungkapan dari para mahasiswa yang sudah menjelang akhir pendidikannya di PT mengatakan lebih enak tetap kuliah dari pada harus lulus lebih cepat, karena jika cepat lulus bingung harus ngapain. 

Yang patut digarisbawahi adalah bahwa ungkapan itu sangat wajar sekali bagi mereka yang takut disebabkan mereka tidak mempunyai bekal apa-apa untuk terjun ke dunia bisnis (kerja) dan jumlah mereka itu banyak sekali, jujur saja banyak sekali fenomena sarjana fresh graduate yang lebih suka tetap tinggal di kota tempat dia belajar daripada pulang kampung untuk bekerja, entah dengan membuka lapangan kerja sendiri atau bekerja dengan/kepada orang lain. 

Di satu sisi, dunia kerja di luar sana, para pengusaha dan para majikan — seperti yang dikatakan oleh petugas Disnakertrans dalam sebuah seminar — enggan menerima para fresh garduate untuk bekerja di perusahaannya, bukan karena mereka tidak pandai dan menguasai skill yang dibutuhkan perusahaan tetapi yang paling parah mereka tidak mempunyai dan menyiapkan mental siap untuk bekerja. 

Akibat dari sifat ini maka tidak jarang terdengar berita bahwa banyak para fresh graduate yang mudah-sekali bosan dan gonta-ganti pekerjaan. Tentu saja ini sangat merugikan bagi perusahaan tetapi dan juga sang karwayan yang fresh graduate tadi.

Nah jika paradigma para mahasiswa tentang dunia kerja tidak diperkenalkan dan dirubah sejak mereka menginjakkan kaki ke kampus dan mereka tidak mendapatkan gambaran riil dari dunia kerja yang akan mereka hadapi beberapa tahun setelah mereka lulus nanti maka tidak mustahil jika semakin banyak saja mereka justru “enggan lulus” di saat seharusnya lulus!

Nah dengan ospeklah perubahan paradigma tentang mahasiswa yang kuliah an sich bisa dirubah. Dengan target akhir setelah mereka mengikuti ospek mereka mempunyai gambaran yang jelas apa yang akan mereka lakukan setelah lulus nanti dan konsekuensi apa yang harus dipersiapkan ketika mereka masih belajar di bangku kuliah! Jika gambaran itu begitu kuat, maka bukan tidak mungkin di saat mereka masih duduk dibangku kuliah mereka sudah mempersiapkan kehidupan dan masa depannya!

Untuk keberhasilan itu tentu saja perlu dilibatkan pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya, seperti pihak Disnakertrans yang memberikan situasi dan trend pasar kerja yang up to date untuk saat ini dan beberapa tahun yang akan datang ketika para mahasiswa itu lulus. 

Juga dari dunia usaha yang memberikan informasi tentang kreteria tenaga kerja yang diinginkan oleh mereka dan sebagainya. Begitu juga pihak kampus (PT) tempat para mahasiswa belajar juga harus semakin mempergiat hubungan mereka dengan dunia usaha/kerja seperti yang terjadi di negara-negara Asia lain seperti Korea di mana PT dan Dunia Usaha saling mempunyai ketergantungan.

Idealnya lagi ospek tidak hanya dilaksanakan pada saat (calon) mahasiswa hendak memasuki PT saja, tetapi di laksanakan beberapa kali yaitu pada saat pertengahan mereka belajar dan di saat mereka hendak lulus. 

Tentu saja kegiatanya harus berbeda dan semakin mendekati kelulusan kegiatan ospek juga semakin lebih fokus mempersiapkan mereka terjun ke dunia kerja. Bahkan bukan mustahil kegiatan yang menyia-nyiakan banyak dana dan tenaga serta tidak menghasilkan apa-apa seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang masih banyak diterapkan di PT saat ini dihapus dan diganti dengan kegitan “Ospek Memasuki Dunia Usaha/Kerja”.

Akhirnya tantangannya hanya satu: Maukah kita (Mahasiswa dan Kampus tempat kita belajar) merubah paradigma kita tentang Ospek dan tujuan kuliah itu sendiri?

Allahu a’lam

Catatan: Pernah saya posting. Entah dimana, yang jelas pada pertengahan tahun 2003.

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "OSPEK Berorientasi Bisnis (Kerja), Mengapa Tidak?"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.