Article

Marhaban Ramadhan: Hakikat Kemenangan ala Lighting McQueen

Sahabat, bulan ramadhan mubarak yang penuh berkah ini, sebentar lagi akan meninggalkan kita. Dan seperti lagunya Bimbo – kita merasa sedih ditinggalkannya.
Sedih karena kita tidak pernah tahu, apakah tahun depan Allah swt masih memberikan kesempatan pada kita untuk bertemu dengan ramadhan lagi. Mudah-mudahan begitu.
Sahabat, dengan berakhirnya ramadhan sebagaian dari kita dengan suka cita menyambutnya dan merayakannya – karena kita telah memenangkan “pertempuran abadi” melawan hawa nafsu kita yang terkadang menjerumuskan ke jurang kenistaan.
Kita merayakannya dengan berbagai cara yang kita inginkan, sayangnya terkadang kita sampai lupa tentang esensi perayaan itu. Bahwa kemenangan yang kita rayakan adalah kemenangan melawan hawa nafsu, bukan perayaan untuk melampiaskan nafsu yang telah kita coba kekang selama sebulan.
Sahabat, tahukah kalian, bahwa di sudut-sudut sana yang mungkin tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari, ada sebagian dari saudara dan teman-teman kita yang justru tidak bisa merayakan hari kemenangan itu dengan penuh gegap gempita, sebagaimana yang kita lakukan.
Entah karena apa mereka tidak bisa merayakannya, yang pasti ada alasan yang sangat kuat yang membuat mereka tidak bisa turut merayakannya.
***
Sahabat, jika kalian pernah melihat film CARS produksi Disney. Di sana ada sebuah ilustrasi indah tentang hakikat kemenangan.
Di akhir film itu ada adegan balapan antara 3 mobil yang berhak merebutkan piala bergengsi dan prestisius. Lighthing McQueen – sang tokoh cerita – pada putaran terakhir sudah memimpin di depan. Tinggal beberapa detik saja mencapai garis finish, tiba-tiba lawan terberatnya – karena ditabrak mobil satunya menjadi terjungkal dan terguling-guling keluar gelanggang.
Melihat kejadian itu, ingatan McQueen kembali pada Mobil Tua – yang pernah menjuarai balapan tersebut yang harus dipaksa pensiun gara-gara kecelakaan. Tidak ingin lawannya mengalami nasib yang sama, McQueen segera berbalik arah meninggalkan garis finish yang hanya beberapa detik di depannya untuk menemui mobil yang celaka tadi, sementara mobil yang lain dengan girang memasuki garis finish.
Sahabat, kalian pasti tahu, bahwa McQueen mendorong mobil yang sudah tidak bisa berjalan tadi untuk sama-sama masuk garis finish.
Orang yang dungu akan berpikir seperti mobil yang kedua – yang dengan riang gembira merasa menang sementara orang lain merasakan penderitaan akibat ulahnya yang bermain curang.
Ya.. pemenang sejati adalah McQueen.
***
Sahabat, hidup kita telah dipenuhi dengan kompetisi. Dari kita masuk TK, kita sudah diajari untuk ikut berlomba mengalahkan yang lain dengan segala cara. Dan kita juga diajari ketika menang kita harus bergembira dengan sangat tanpa memperhatikan betapa sedihnya teman kita yang terkalahkan.
Jarang sekali kita dididik untuk bersinergi dan berempati. Jarang sekali kita diajari untuk menyadari bahwa kemenangan dan keberhasilan kita ternyata adalah hasil dari peran-peran orang lain yang tidak kita sadari – bahkan dari orang-orang yang kita anggap lawan.
Jika menyadari itu semua, kita pasti akan selalu merasa saling tergantung dengan orang lain. Karena memang demikianlah sunatullah – hukum alam – yang telah diciptakan Allah pada kita.
Sahabat, kemenangan kita di bulan puasa ini, mungkin juga berkat peran orang-orang lain yang tidak pernah kita pikirkan seperti; pembantu kita yang dengan cekat menyiapkan setiap hidangan buka dan makan sahur kita, yang terkadang mereka harus bangun duluan dari pada kita.
Juga peran dari istri, suami, anak dan semua orang yang di sekitar kita yang baik sengaja atau tidak telah membantu lancarnya puasa kita. Tukang sayur, teman teman dan tukang sapu di kantor, takmir masjid yang selalu mengumandangkan adzan, dan siapa saja yang mungkin terlalu susah untuk menyebutnya satu persatu.
Oleh karena itu sangatlah tidak etis bagi kita jika kita merayakannya terlalu berlebihan – apalagi jika salah satu dari mereka justru terkena musibah atau tidak bisa merayakan dan menikmati kemenangan itu.
Sahabat, saya tidak akan mengajak kalian bersedih di hari berbahagia ini. Tetapi marilah kita bagi sedikit kebahagiaan kita itu untuk mereka yang tak bisa merayakannya.
****
Suatu ketika menjelang Idul Fitri Rasulullah s.a.w menemui seorang anak kecil yang menangis di jalan, sementara anak-anak yang lainnya lagi besuka cita.
Baginda Rasul s.a.w menyakan kepada sang bocah, ternyata dia seorang yang yatim – tidak punya orang tua dan saudara. Sementara teman-temannya berbahagia bersama keluarga dan saudara-saudara mereka, dia harus sendirian menyaksikan kegembiraan itu.
Maka dengan lembut Rasul mulia s.a.w mengatakan bahwa beliaulah orang tua anak itu sekarang dan Fatimah r.a adalah saudaranya..
Betapa gembiranya sang bocah!
****
Sahabat, bocah yatim itu saat ini bisa orang-orang yang terabaikan di lingkungan kita dan sekitar kita.
Baiklah selamat berhari raya idul fitri…!
Selamat berbagi kebaikan kecil bersama yang lain!

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Marhaban Ramadhan: Hakikat Kemenangan ala Lighting McQueen"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.