Article

Anak Jaman Sekarang #2: Makhrajil Huruf

Bib, nanti kamu nggak usah ditungguin ya? Berani, khan? kata istri saya saat Habib hendak masuk pertama kali di SD sekitar 6 bulan yang lalu. 

Ya Mi,! jawab Habib mantab.

Nanti nyari kelasnya biar dicarikan Mbak Nad,! kata istri lagi. Nadia, nanti kamu carikan kelasnya Habib!

Ya, Mi ! jawab Nadia sambil menyiapkan bekalnya.

Yan, nanti Habib ditemani ya kalo pas istirahat! pesan ibunya pada Dayyan.

Yo, Bib, kamu main sama aku aja, sama anak kelas 2 enak, anak kelas satu itu ke-embok-embok-en [masih tergantung sama ibunya]..! kata Dayyan pada Adiknya.

Wes, ya nunggu Bang Mamat njemput, Abi sama Umi berangkat dulu, Assalamualaikum kata istri saya pada anak-anak. 

Walaikum salam Mi! hanya Nadia yang njawab, Habib dan Dayyan sudah menghambur ke depan rumah nunggu jemputan.

Alhamdulillah sejak haripertama bersekolah, anak-anak kami sejak TK, tidak pakai acara nunggu-nungguan segala. Mulai sejak TK Nadia, Dayyan sampai Habib tidak pernah ditungguin seharian di sekolah. Kalaupun nunggu cuman hari pertama saja, setelah itu sudah tidak lagi

.*****

Gimana Bib, tadi di sekolah? Asyik Enggak? tanya istri pada Habib di sore harinya.

Apa, Mi, masak ada anak yang pake nangis-nangis minta ditungguin ibunya! jawab Habib.

Lha kamu, nangis enggak?

Yo, enggak! Jawab Habib.

Tus Gurunya enak nggak?

Aduh bu Guru itu gimana sih, masak manggil aku pakai Zet ..? protes Habib,

Zet gimana?

Namaku khan, Mujahid. Mujahid khan pakai JE bukan ZET. Masak dipanggil MuZAhid. Salah khan, Mi? keluh Habib.

Ooo gitu Iya, memang Mujahid itu pakai Jim bukan Zai .. jawab istri saya.

Lha, emang kamu di sekolah dipanggil, Mujahid, atau Habib? tanya saya.

Yang agak penasaran, kok bisa-bisanya si Habib protes hanya gara-gara penyebutan namanya yang salah.

Mujahid! jawabnya.

Nggak Habib, tah?

Habib cuman menggeleng. Ya, biasanya, di awal-awal sekolah, guru atau teman-temannya memanggil dengan nama depannya, bukan nama belakangnya, Habiburrahman. 

 ***** 
Abi ini kalo baca alfatihah terakhirnya mesti salah tegur istri saya. Iya, Abi kalo baca, dhoolliin, pakai dho, khan harusnya Dlo ..! kata Nadia, yang memang bacaan al qurannya lebih bagus dari saya.

Iya, aku aja bisa, gini lho Dloolliiin, ! seru Habib nggak mau ketinggalan. 
Sementara si Dayyan ceuk bebek, karena meski dia kakaknya Habib, ngaji Iqranya baru jilid 3, sedangkan Habib sudah jilid 4. sementara Nadia, yang udah ngaji sejak umur 3 tahun udah khatam iqranya.

Ya, anak-anak ngaji di pondok tahfidz quran sebelah rumah. Di pondok itu makhrojil huruf dan tajwid benar-benar diperiksa, kalau belum benar nggak akan dinaikkan Iqronya. Nadia saja baru harus menempuh hampir enam tahun untuk lulus Iqra yang 6 jilid itu. Tetapi memang setelah khatam iqra, bacaannya, baik tajwid maupun makhrajil hurufnya bagus.

Beda dengan saya yang ngajinya instan, hasilnyapun juga instant, full belepotan, lha wong ngisi khutbah jumat aja kalo mendadak doanya ditulis pake huruf latin hehehhe.

Ya beginilah resikonya jika anak-anak lebih fasih dari bapaknya. Anda punya pengalaman serupa? 

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Anak Jaman Sekarang #2: Makhrajil Huruf "!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.