Article

Inspiring People: Remote Agen Koran dari Kursi Roda

Menjalani hidup sehari-hari di atas kursi roda tentu tidak pernah terbayangkan Winarto. Namun, siapa sangka kendati duduk di kursi roda, kemampuannya mengorganisasi striker (loper koran), sub-agen, dan anak buahnya, tetap bisa dilakukan pria yang akrab disapa Owi ini.
Hingga sekarang, ada 41 orang yang “hidup” dari usaha Owi. Yakni, sebagai agen empat media besar. Lewat bendera Owi Agency, Owi terus ”mengabdi” pada masyarakat dengan menyajikan informasi-informasi. Dari agen itu pula, Owi sekarang melayani 1.000 pelanggan tetap.
Ditemui di rumahnya, Jl Teluk Lada No 11 A, Kelurahan Arjosari, Kecamatan Blimbing, Owi masih ada di kamar. Sejurus kemudian Dini Rahayu, sang istri, masuk dengan membawa t-shirt warna ungu kombinasi putih. Dari luar terdengar suara gemericik air. Rupanya Owi sedang mandi yang tidak jauh dari kamar tidurnya. Dini ikut membantu perlengkapan kebutuhan suaminya tersebut.
Suara srek-srek keluar dari kamar. Wajah Owi tampak cerah siang itu. Dengan mengenakan peci warna hitam, pria kelahiran Tuban ini mempersilakan Radar menunggu sesaat karena dia hendak menunaikan salat dluhur. “Saya ini tidak enak, jangan sampai tulisan Mbak (Radar) nanti seakan-seakan membuat riak dalam diri saya,” begitu pinta Owi agar tidak melebih-lebihkan.
Saat berbincang-bincang muncul anak kecil yang belakangan diketahui bernama Ainun Aini berlari-lari kecil. Sambil memegangi bajunya, batita (3,5 tahun) tersebut mendekat Owi seraya mengulurkan tangan minta salaman dengan Radar. “Dia juga (Ainun) yang menjadi semangat saya menjalani cobaan ini, selain istri dan anak-anak (pegawainya),” tambahnya.
Ketidaknormalan fisik sepertinya bukan menjadi penghalang Owi untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Kendati kedua kakinya lumpuh total, bahkan di bagian tengah di beri kayu berukuran sekitar 10 cm dengan tujuan menahan agar tidak menempel, Owi tampak gigih menjalankan aktivitasnya. Seperti ketika dia minta diambilkan laptop yang berada di meja dekat dia duduk. Tangannya yang masih belum normal, jari-jarinya seringkali berdempetan dalam posisi menekuk, Owi berupaya membuka laptopnya tersebut.
“Di laptop ini saya membuat perbandingan headline masing-masing media. Dari situ saya nanti bandingkan dengan oplah yang terjual,” ucapnya seraya menunjukkan beberapa headline media massa dari momen yang baru saja lewat.
Misalnya, saat masa pilpres, penyergapan terhadap gembong teroris Noordin M. Top. Di layar monitor berukuran 14 inch tersebut jelas terbaca judul-judul dari media cetak itu. Pengakuan Owi, judul yang “menggoda” memiliki daya tarik khusus dengan pembaca.
Korban Tabrak Lari
Dia lantas berkisah, awal mula terjun sebagai agen koran. Karena koran ini pula yang menjadikan dia duduk di kursi roda. Ketika itu ada permintaan rekan kos, Patrap, yang tertarik menggeluti agen koran. Owi lantas berniat mengantar ke kantor pusat Jawa Pos yang ketika itu berlokasi di Karangagung, Surabaya. Dengan mengendarai motor tahun 1970 warna hitam, tepatnya 19 Januari 1996, peristiwa kelabu itu tidak akan dilupakan sepanjang sejarah hidupnya.
Dalam perjalanan kembali ke Malang seorang sendiri, karena Patrap bertahan di Surabaya, Owi mengalani peristiwa naas. Keputusannya pulang itu karena ingat kewajiban mengajar mengaji di dekat kontrakannya kala itu.
“Kalau mengingat itu, campur-campur perasaan saya ini. Saya jadi (sempat terhenti sebentar), korban tabrak lari. Ditabrak truk diesel,” katanya lirih.
Setelah dia meneruskan ucapannya. ”Semuanya sudah terjadi, tinggal bagaimana menerima semua cobaan ini dengan tabah.”
Tatapan Owi lantas menerawang. Pandangannya lurus ke depan dan tangannya membenahi peci. Dan, matanya berkedip-kedip dengan mengambil nafas panjang.
Kejadian di Jalan Raya Purwosari pukul 13.30 itu mengingatkan semua peristiwa yang sudah dilaluinya. Dia bercerita, bagaimana perjuangannya untuk bertahan hidup. Karena enam jam tidak mendapatkan pertolongan optimal, dirawat di puskesmas dan baru dilarikan ke RSSA Malang sekitar pukul 20.30. Keadaannya saat itu sadar, namun semua anggota tubuhnya tidak bisa digerakkan.
“Saya sempat dimasukkan di ruang emergency. Tiga hari kalau bertahan, sepertinya saya akan bertahan hidup. Saya sudah tidak ngapa-ngapain. Dalam batin hanya bisa memanjatkan doa untuk kehidupan saya,” kenangnya.
Selama empat bulan Owi tergeletak di rumah sakit. Itu pun dengan dana bantuan dari para tetangga untuk biaya perawatan. Kelumpuhan itu dirasakan hingga sekarang ini.
“Kedua tangan saya dulu juga lumpuh, tapi karena pertolongan Allah, sedikit demi sedikit bisa digerakkan meski tidak normal,” ucap sulung dari enam bersaudara ini.
Dari diagnosa tim medis, kelumpuhan itu karena sumsum tulang belakang ke luar dari ruas ke-6. Akibatnya, sistem sarafnya tergganggu.
Sepulang dari rumah sakit, Owi tidak langsung duduk di kursi roda. Sebelumnya, dia hanya berbaring di tempat tidur. Namun begitu semangat untuk terus survive pantas untuk dicontoh. Pekerjaan sebagai agen tetap dilanjutkan. Kendali dia hanya bisa mengendalikan lewat telepon. Setiap ada nomor telepon, Owi melakukan pendekatan persuasi.
“Gara-gara telepon juga saya mendapatkan istri. Tidak tahu kok istri saya mau dengan saya. Apa karena kasihan atau memang benar-benar cinta pada saya,” ucap Owi seraya melirik Dini yang kebetulan berada di dekat Owi. Ya, dari telepon sahabat pena, agen koran berprestasi ini akhirnya mempersunting alumuns SMEA Shalahuddin tersebut.
Kisah perjalanan percintaannya dengan Dini diabadikan dalam buku yang diberi judul Antara Februari – Juli 2001. Di buku yang ditulis dengan mesin ketik tersebut memuat kisah kehidupan Owi bersama istrinya, termasuk puisi-puisi penuh makna yang mengiringi hidupnya.
Selama duduk di kursi roda, Owi juga berhasil menyelesaikan studinya di UIN Malang di jurusan Tarbiyah, karena sempat terminal selama tiga tahun. “Saya mengajukan studi berkat biaya beasiswa. Ya, kalau pas naik turun tangga, biasanya digotong teman-teman,” ucapnya. (hap/war)
Sumber : Radar Malang [ Selasa, 13 Oktober 2009 ]

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Inspiring People: Remote Agen Koran dari Kursi Roda"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.