Article

MESIR


Pada saat Ramadhan yang baru lewat, sempat terjadi insiden kecil di grup wassap walisantri, pondoknya Nadia.

Bagi temen-temen yang belum tahu, putri saya, Nadia, saat ini sedang menuntut ilmu di Al Azhar Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, dia bersama ratusan alumni SMA/MA/SMK dan pondok pesantren dari seluruh Indonesia mengikuti bimbingan tes untuk bisa lulus dan lolos berangkat ke beberapa universitas di Timur Tengah.

Para walisantri dari anak-anak yang diterima di Mesir dikumpulkan oleh ustadz pimpinan pesantrennya di grup wassap.

Sang ustadz sendiri dan istrinya alumni Ponpes Gontor dan S2 Al Azhar, jadi kami bisa dengan mudah mendapatkan informasi terkini tentang perkembangan studi putra-putri kami Mesir, Sudan, Maroko dan Turki.

Yang namanya grup wassap, pasti teman-teman pada tahu semua, apalagi anggota ratusan orang dari berbagai macam budaya dan pemahaman yang berbeda. Sesekali ada sedikit perbedaan dari para walisantri jika ada kiriman tulisan, gambar atau video. Namun saya nyaris tidak pernah ada perselisihan jika yang memposting sang Ustadz pimpinan pesantren yang masih muda itu, apapun bentuknya – kecuali pada waktu itu.

Ceritanya, sang ustadz memposting sebuah foto dimana beliau sedang berpose disebuah bangunan dan ada caption kata-kata berikut:

“Kita boleh minta apa saja kepada Allah. Tapi apa yang kita terima itu pasti atas kehendak-Nya. Yang jelas jadilah hamba yang bermanfaat, memberi banyak maslahah dan tetap berkah.”

Begitu postingan itu muncul di grup, maka banyak wali santri yang memberikan komentar. Termasuk bertanya dimanakah pose foto tersebut di ambil. Sang ustadz-pun menjawab jika foto tersebut diambil di depan benteng peninggalan Sholahuddin al Ayyubi. Maka bertebaran lagi beberapa komentar, mulai memuji sampai keinginan untuk pergi kesana. S Sampailah pada awal insiden tersebut, ketika seorang wali santri – yang sepertinya ustadz, karena sering sekali posting-posting kutipan Bahasa Arab tanpa terjemahan, sehingga wali santri seperti saya sering terbengong-bengong, maskud tulisan ini apa ya? Kita kan gak paham Bahasa Arab! Wkwkkwk

Walisantri ini, selain ustadz, sepertinya juga pengusaha biro travel umroh, karena tidak jarang jika sedang melakukan perjalanan ke Timur Tengah, termasuk mengunjungi anaknya yang di Al Azhar, dia suka posting foto dan video serta menjelasakan dia lagi ngapain.

Saat semua walisantri yang berkomentar atas foto dari sang ustadz pimpinan ponpes, walisantri ini justru membagikan beberapa foto dan video perjalanan bersama keluarganya di benteng Sholahuddin tersebut.

Kericuhan mulai terjadi ketika, sang ustadz travel ini, memberi komentar dari foto-foto dan video yang dibagikan di grup dengan komentar-komentar yang negative.

Mulai masjid yang ada di komplek benteng itu tempat wudhunya tidak ada kran airnya, padahal di situ tertulis “wudhu senjata orang mukmin”, karpet masjid yang sudah dekil dan macam-macam serta yang megatakan bahwa orang-orang muslim di sana tidak bisa meghargai peninggalan pahlawan dan sejarah Islam.



Komentar sang ustadz travel tadi akhirnya memicu komentar-komentar negative dari para wali santri yang lainnya.

Saking ramainya komentar-komentar bernada negative yang meluas tidak hanya mengomentari tempat tadi, maka ustadz pimpinan ponpesnya sampai menuliskan komentar yang cukup panjang – yang pernah saya baca menanggapi postingan dari wali santri. Hmmmmmm, Bapak, Ibu yang berbahagia, seperti nya pada geregetan ya?

Dulu waktu saya pertama datang ke Mesir juga seperti komen Bapak Ibu sekarang ini, dengan melihat foto atau video yang rata rata terfokus pada kekurangan-kekurangan; kotor, jorok, tidak terawat, tidak menghormati peninggalan sejarah Islam dan bla bla bla..

Persis seperti saat saya pertama kali ziarah ke makam Imam Syafi'i dan guru beliau Imam Waqi', betapa persekitarannya pesing dan kotor! Demikian juga ketika di kampus al Azhar, ruangan belajarnya, bangku, mejanya yang serba kuno dan tidak terawatt. Dan jangan ditanya kondisi kamar mandi dan WC-nya, hmmmmm.

Belum kondisi jalanan yang semrawut - ketika itu, dan sebagainya!

Kalau fokus kita pada kekurangan-kekurangan yang ada di Mesir, mungkin saya dan kawan-kawan sejak tahun npertama sudah give up (menyerah) dan ga betah. Tapi anehnya kami semua betah -- hanya sedikit yang gak betah dan pulang.

Begitu juga saya perhatikan anak-anak kita dari Mumtaza – nama pondok yang beliau asuh, rata-rata Alhamdulillah (merasa) nyaman, sehat dan kuat menghadapi segala rintangan -- bahkan malah tambah gemuk-gemuk!

Dan anehnya lagi Mesir yang kotor, jorok, tidak terawat dan sebagainya, anehnya buat saya secara pribadi - sepertinya banyak juga teman-teman alumni Mesir yang punya perasaan ini, kangen pingin datang dan datang lagi. Dan dengan segala kekurangan Mesir melalui al Azhar, nyatanya telah begitu besar jasanya pada dunia Islam dan para generasi Muslim di seluruh dunia - terutama Indonesia!

Bayangkan dengan segala keterbatasannya, semua mahasiswa dunia yang belajar Islam di al Azhar gratis tis tis bahkan diberi beasiswa, bla bla bla...

Bapak-bapak, ibu ibu, ayok ke Mesir sama-sama!

Begitu selesai ustadz menulis komentarnya, maka seolah-olah para wali santri yang ada di grup itu sadar dan insyaf, bahwa mereka lupa jika putra-putri mereka persis yang dikatakan sang ustadz – kerasan, tambah gemuk dan menikmati belajar di al Azhar. Maka wali santripun pada memberikan balasan dengan ucapan terima kasih dan bahkan ada yang usul untuk megadakan umroh plus ziarah ke Mesir dan banyak mengaminkan usuan tersebut.

Teman-teman sekalia, pesan dari Ustadz kepada walisantri tersebut mengingatkan pesan Prof. EWA pada saat webinar beberapa waktu yang lalu, juga pesan dari Teh Pipiet Senja yang barusan kita dengar via Zoom Talkshow.

Ketika pikiran dan benak kita dipenuhi hal-hal negative -- tentang suatu hal, peristiwa dan tokoh, maka pasti tulisan-tulisan yang kita goreskan akan tidak jauh dari hal tersebut. Sialnya lagi jika kita semakin menuliskan hal negative tersebut maka ide-ide tenang keburukan dan sesuatu yang negative bagaikan air bah yang tidak siap kita bendung.

Harus ditumpahkan! Harus dituliskan! Kalau perlu semua hal negative itu. Jadi tidak heran kalau ada orang yang tulisannya menjelek-jelekkan orang lain, kelompok dan juga pemerintahnya sendiri. Tidak ada hal positifnya sama sekali!

Pernah kan lihat orang-orang model seperti itu?

Banyak kan?

Atau kita – satu diantara mereka?

Maka seperti kata Teh Pipet Senja di penutupan bincang-bincang tadi, mari kita tanya kembali apa visi misi kita dalam menulis!

Sudah ketemu?

****

Lawang, 02/06/2020 – 22:14 WIB

****






Foto-foto diambil dari grup wassap, dan sebagian ada yang disensor karena menampakan wajah orang. Sebenarnya ada beberapa video juga, tapi susah nyensornya. hehehe

1 komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "MESIR"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.