Article

To Live and Die [TLAD] @ SMANELA # 7: Extreme Sport!

 Peringatan sebelum Baca:

*> dibutuhkan bimbingan orang tua untuk membaca cerita ini.

Prolog:

Cerita ini kisah nyata, nama tokoh yang ada juga nyata, tempat dan lokasi kejadian juga nyata, cerita ini tidak untuk semua umur, banyak adegan kekerasan di dalam nya, tapi tidak ada kisah horrornya seperti cerita suster ngesot atau hantu jeruk keprok atawa macam midnight horor school ato juga the saw :mrgreen:

SMA Negeri Lawang a.ka SMANELA satu-satunya SMA di Lawang yang mempunyai fasilitas cukup lengkap. Demikian juga dengan kegiatan ekskul-nya juga cukup beragam, termasuk kegiatan olah raganya, mulai volley sampai basket, tennis meja sampai sepak bola, atletik, renang, karate sampai pencak silat.

Tapi bagi segelintir siswa yang punya adrenalin tinggi di atas rata-rata, bermacam olah raga yang ada dirasa kurang cukup bisa untuk menyalurkan ledakan adrenalin mereka. Selain itu semua olah raga tersebut adalah olah raga konvensional yang semua orang bisa memainkan karena sudah ada aturannya yang jelas. 

Mereka butuh olah raga yang baru, yang belum pernah dimainkan oleh orang manapun, dan tidak perlu aturan yang baku yang ada di federasi-federasi ato ikatan olah raga. Nggak serulah kalo permainan aturannya sudah baku, nggak bisa fleksibel menyesuaikan sikon.

Maka setelah melakukan beberapa kajian yang cukup mendalam terhadap semua potensi yang ada di sekolah dicetuskan sebuah permainan yang belum pernah ada di dunia.

Idenya bermula dari Aula di sekolah. Ya Aula yang hanya boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan penting dan skaral sekolah sering merana di saat-saat jam pelajaran apalagi saat istirahat. 

Padahal aula yang ruangannya cukup luas itu sungguh merana manakala tidak dipakai, suasananya lengang, sehingga tokek dan cicak serta serangga lain bisa tidur nyeyak kala alua itu kosong. Jika tidak dipakai semua akses jalan masuk menuju aula dikunci, apalagi pintu utamanya yang terbuat dari besi plat yang membukanya harus digeser selalu terlihat terkunci dengan gembok sebesar kue bakpao isi kacang ijo.

Mulanya ke-empat anak yang kelak mencetuskan ide olah raga gila itu, sering memanfaatkan aula untuk menghindari kebisingan sekolah dan melarikan diri dari pelajaran yang mem-bete-kan. 

Tapi karena kurang asyik jika cuman ngobrol dan tiduran di aula yang sangat besar itu akhirnya, dicetuskan sebuah olah raga yang melibatkan banyak keterampilan dan cabang olah raga yang lain, mulai dari park-our (itu tuh olah raga yang meloncat-loncat tembok dan bangunan tinggi serta menyelinap diantara gang-gang kecil), gulat, karate, silat, sepak bola indonesia dan football amerika, rugbi, hoki es dan free style. 

Pokoknya lengkap deh kalo hanya untuk mencari keringat dijamin lima menit sudah basah kuyup tuh pakaian.

Nama olah raganya SBTK bukan singkatan dari Susu Bubuk Telur Komodo, tetapi Sepak Bola Tutup Kaleng!

Tutup Kaleng?

Iya! Karena permainan ini semacam sepak bola, cuman bolanya diganti tutup kaleng cat yang lima kiloan itu!

Eit, untuk menentukan tutup kaleng yang mana yang layak, sudah dilakukan uji coba berkali-kali, mulai tingkat ergonomis dan kenyamanan menendangnya, menggiringnya, sampai keringanan saat tutupnya terbang.

Pernah dicoba tutup tandon air, eh kebesaran, nggak bisa digiring, pernah dicoba tutup kaleng susu, eh… teralu ringan. 

Bahkan pernah juga dicoba tutup botolnya coca-cola..wah ternyata kalo ke-injek sepatu nggak keliatan, jadinya cuman maen kejar-kejaran.. nah akhirnya diputuskan tutup kaleng cat yang paling layak!

Nah aturan maennya, cukup seru! intinya setiap tim harus bisa memasukkan tutup kaleng ke gawang lawan yang biasanya cuman selebar satu meter aja. 

Sedangkan untuk memasukkannya tutup kaleng itu boleh ditendang, boleh juga di injak terus diseret dibawa lari (yang nggak boleh dikempit di ketiak ato dikantongin di saku celana). Boleh menghalangi laju lawan dengan memegang semua anggota badan lawan yang terlihat tidak untuk yang tertutup apalagi yang tersembunyi.

Bisa dibayangkan kerasnya olah raga ini. Karena setiap main harus pakai seragam sekolah lengkap (bukan seragam olah raga). Saat bermain boleh saling menarik baju, celana baik luar maupun yang di dalam (asalkan bisa). 

Menarik kaos kaki demi menghalangi laju lawan adalah pemandangan yang biasa, percikan bunga api yang terjadi akibat gesekan atau benturan tulang antar pemain juga kerap menghiasi olah raga ini, teriakan-teriakan dan sorak sorai juga gak pernah absen terdengar. 

Bisa dibayangkan kondisi seragam pemain sehabis maen SBTK! Baju seragam tentu tidak se-rapi dan se-bersih pagi hari saat datang sekolah. 

Noda cap tangan, cap jempol kiri sampai bekas gigitan gigi sering tercetak di baju. Apalagi si Erik, yang badannya cukup banyak mengeluarkan cairan, sehabis main pasti bajunya kalo diperas bisa menghasilkan air seember.

Eh iya, ada lagi. SBTK tidak membutuhkan wasit apalagi penjaga garis, jadi luas lapangan adalah seluas aula. Tidak ada off side apalagi hand ball.

Pemain olah raga ini hanya dua tim, masing-masing hanya terdiri dari dua orang (Tim Eric-Zen vs Ipan-pairi). Dan yang paling serua adalah permainan ini dimulai saat bel istirahat berbunyi. 

Begitu terdengar suara bel jika para siswa lain sibuk hendak ke kantin untuk menikmati jajanan atau ke toilet bagi yang selama beberapa jam ngempet, keempat atlit SBTK langsung melesat keluar kelas seperti atlit park our, melewati kerumunan siswa yang baru keluar kelas, meloncati beberapa tempat duduk semen di taman, menerobos bunga-bunga

.. dan sampai menyusup melalui celah antara pintu besi alua yang terkunci dan tembok. Celah yang cukup sempit itu hanya bisa dilalui oleh atlit yang mempunyai postur tubuh seperti peragawan atau model yang berbadan cukup tipis dan ringan.

Mengapa harus berlari begitu bel berbunyi?

Jawabnya karena, durasi olah raga ini cuman 15 menit, alias sepanjang waktu istirahat. Selain itu mereka harus tiba di aula saat suasana sekitar masih sepi! 

Karena jika sudah ramai, dikhawatirkan banyak penonton dan mengundang perhatian yang lain untuk memainkan olah raga tersebut. Sedangkan alasan yang paling utama adalah agar tidak tertangkap oleh guru piket.

Berbulan-bulan olah raga ini dimainkan hanya oleh 4 orang siswa aja. Alasannya adalah olahraga ini punya aturan yang nggak bisa diterima oleh semua orang apalagi guru olah raga dan guru piket! 

Pernah si Ali mencoba ikut beberapa putaran, tetapi akhirnya MUNTABER – mundur tanpa berita – dengan alasan yang hanya Ali dan pengurus pondok nya aja yang tahu.

Tentu dengan semua resiko yang disebutkan untuk memainkannya selalu ada rintangan. Salah satunya adalah saat Pak Kariyadi, guru olah raga, menangkap basah saat kedua tim bermain.

Mulanya beliau heran. Kok ada suara-suara aneh dari dalam saat jam istirahat. Padahal pintu aula terkunci rapat. Beberapa kali begitu. 

Tapi sialnya beliau nggak bawa kunci aula, beliau tidak tahu secara persis siapa pemainnya, karena kalu melihat dengan cara mengintip dijamin tidak akan bisa dengan jelas melihat siapa pemainnya, mengingat gerakan pemain cukup cepat dan senantiasa berpindah-pindah.

 Maka dengan otoritasnya sebagai guru olah raga beliau mengambil kunci aula di ruang piket.

Saking asyiknya, bermain, sampe-sampai nggak tahu kalo pintu aula dibuka sedikit dan pak karyadi menyelinap masuk.

“Ayo, Zen tangkap…” seru Erik sambil menendang.

”Hup… adodooohdodoooh..” tiba-tiba zainal terjautuh beguling-guling karena dia tidak tahu dibelakangnya ada sesosok tubuh.

Beberapa detik kemudian, tubuh Zainal sudah digelandang oleh Pak Kariyadi. Termasuk si Ipan yang berada di dekatnya. Otomatis yang lain juga berhenti.

”Ayooo… semua ikut ke ruang piket…!” seru beliau.

Bagai ayam yang baru kecebur kolam, ke-empat atlit SBTK, berjalan lunglai menuju ruang piket.

“Sekarang isi dibuku pelanggaran kalian…” katanya sambil menyodorkan buku pelanggaran bagi siswa.

Selama beberapa saat ke-empat anak itu bengong, dan tidak melakukan apa-apa.

”Lho kalian ini suruh nulis…pelanggaran kok malah bingung kayak tulup di kethek, ek kethek ketulup….” hardik pak kariyadi dengan jengkel pak.

”Tapi Pak.. nggak ada pelanggarannya…” jawab erik

”Nggak ada gimana, kalian kan jelas-jelas melanggar!”

”Lha tapi khan masuk kategori mana Pak..? A, B ato C ? ” si Ipan menambahi.

Sekedar tahu saja, pelanggaran tipe A adalah pelanggaran berat, seperti: membawa rokok, benda tajam, buku porno, berkelahi dan semacamnya, sangsinya adalah bisa dikeluarjan sekolah tanpa peringatan. 

Pelanggaran tipe B adalah beberapa kali melakukan pelanggaran tingkat C dan sangsinya bisa di skors tidak boleh masuk sekolah selama sehari sampai seminggu. Kalo yang B ini si Zainal sama Erik udah pernah merasakan. Adapun pelanggaran tipe C adalah seperti terlambat, tidak ikut upacara dan semacamnya. Sangsinya cuma surat peringatan kepada orang tua.

Nah, kali ini bermain SBTK nggak termasuk dalam pasal-pasal yang ada di buku pelanggaran. Kalo dilihat sebenarnya legal bermain SBTK, wong pas ketangkep adalah jam istirahat, bukan pas jam pelajaran.

 Mengganggu lingukang juga tidak, merusak fasilitas sekolah juga tidak.. Tuh khan bingung juga mau ditulis pasal apa pelanggarannya.

”Gimana Pak, bebas khan?” pairi menimpali.

”bebas gundulmu, tidak bisa! cetus Pak Kariadi

”Lha terus ditulis apa?

”Ya udah.. tulis saja bermain sepak bola di Aula..?”

”Sangsinya? Nggak ada khan Pak…?” tanya eric”Ya.. ada… !”

”Apa Pak..?”

”Tulis aja, tidak mengulangi bermain sepak kaleng di dalam aula!”

”Baik .. Pak..” serempak ke-empat anak itu menjawab.

Tetapi yang namanya ketagihan itu tidak bisa ditahan. Apalagi ledakan adrenalin yang biasa tersalurkan tetap gak bisa dibendung. Dua hari kemudian dengan memberanikan diri mereka pergi ke aula lagi.

Kali ini ada aturan tambahan GAK BOLEH BERSUARA selama pertandingan ! Kurang seru memang, tapi daripada gak maen sama sekali dan badan pegal-pegal, ya sudah!

Akhirnya mereka maen seperti main kuiss tebak kata, saling berkomunikasi dengan bahasa isyarat yang kadang saling salah mengartikannya. Sedang untuk mengungkapkan kegembiraanpun saat bisa memasukkan tutup kaleng ke gawang lawanpun mereka tertawa tanpa suara jadinya, seperti nonton sinetron di tipi yang volume suaranya di tekan ‘mute‘, menyiksa memang !

*****
PS: Cerita ini sumbangan dari salah satu pencetus SBTK – Irvan Candra Wardhana – jika ingin berkonsultasi untuk mengembangkan olahraga ini ditempat anda silahkan add facebook-nya dengan nama yang sama . Jika sakit berlanjut hubungi dokter … hihiihii

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "To Live and Die [TLAD] @ SMANELA # 7: Extreme Sport!"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.