Article

To Live and Die [TLAD] @ SMANELA # 6: Ultahku, Ultahmu, Ultah kita semua!

 Kalo ada salah satu anak yang ultah di sekolah pasti deh, semua minta ditraktir. Atau kalo yang ultah nggak sadar kalo dia lagi ultah yah udah kerjain aja, di gendong beramai-ramai, bawa sampai dekat toilet siswa, trus salah seorang ambil ember dan gayung, siram tuh kepala yang ultah. Asyik lagi dikasih tepung sama telur, dan kacang… jadi martabak deh.. hehehhee..


Nah, ceritanya tuh, di kelas sosial satu yang ultah pada bulan september itu ada beberapa orang. Si Ali, Ipan, Pairi dan Hindro keknya..hehhe.. nak karena untuk sudah tahu kelakukan teman-teman kalo ada yang ultah diperlakukan dengan istimewa kayak diatas – apalagi kalo nggak nraktir, maka sebagai pelajar yang cerdas harus bisa mensiasati agak perlakuan itu diminimalisir, atau bahkan kalo perlu bikin acara sendiri.

Al kisah, si Ipan punya ide gimana kalo ultahnya bareng-bareng aja, alasannya khan nggak pernah ada tuh ultah dirayain bareng-bareng, apalagi ultah masal, kalo sunatan masal sama nikah masal kan udah umum, ya cari yang nggak umum, siapa tahu bisa masuk MURI, lumayan khan bisa mejeng disana namanya hehhee.

Alasan berikutnya, si ali tuh, nggak kira mau kalo dia disuruh ultah sendirian, dan cara yang terbaik untuk merayakan ultahnya ya diajak patungan ultah bareng-bareng.. dan harus mau, kalo enggak disetrap aja mbersiih masjidnya pondok.

Nah, karena udah tahu gitu, maka sejak bulan Agustus rencana sudah disiapkan sedemikian rupa untuk merencanakan pesta yang baru ada satu-satunya di indonesia…

Direncanakan pesta ultahnya di awal bulan, meski si ali ultahnya di akhir bulan, pasalnya kalo di awal bulan dia udah dapet jatah dari bokapnya, nah kalo diajak pas hari H dia ultah entar uangnya keburu abis, buat bayar pondok, ongkos angkot dan yang paling parah buat beli peralatan nulis surat cinta.. hehehee.

Setelah melalui perdebatan dan bujukan yang cukup a lot, maka jadilah disusun rencana aksi ulber (ultah bersama). Ringkasnya begini.


Untuk kue, cukup dibelikan podeng di Wak Mook yang jualan di depan kantor pos itu. Tahu podeng khan, itu tuh hasil daur ulang roti-roti yang kembali atau roti-roti mrotol, diolah sedemikian rupa sehingga menjadi makhluk baru dengan nama podeng. Alasan milih podeng adalah, karena kue ini nggak dijual dikantinnya sekolah atau kantinnya pak karyadi, atau di warung depan sekolah, selain itu banyak yang suka makanan ini, sebut saja Eric dan Zainal, karena kedua anak ini setiap pulang sekolah nggak afdol kalo nggak mencicipi podeng yang dijual Wak Mook ditambah sirup yang rasanya kreyeng-krenyeng semacam coca cola buatan lokal lah… kadang juga masih ditambah pohong goreng ato senjem petis.

Tentu kalo podeng saja kuenya kurang meriah, maka selain podeng dikasih kacang, dan permen yang semuanya itu dibungkusng dalam satu paket plastik.

Sedangkan ulbernya isinya, adalah sambutan dari ketua pelaksana, si ipan menjelaskan maksud tujuan dari acara tersebut, dilanjutkan permintaan ucapan selamat ulang tahun dari siswa dikelas, trus ditutup dengan acara meniup lilin bersama. Ya lilinnya sebanyak tiga biji. Lilin yang dipake sebenarnya diusulkan pake lilin besar yang biasa dipakai di kuburan-kuburan cina, tapi mengingat harga lilinnya lebih mahal dari harga total podeng dan makanan kecil lainnya maka diputruskan lilin biasa yang warnanya putih yang besarnya sebesar jempol itu. Ketiga lilin itu ditaroh di atas kardus besar yang dibungkus kertas sampul. Isi kardus itu adalah makanan kecil yang sudah dipaket dengan susah payah, karena untuk ngerjakannya memerlukan lembur dan harus mentraktir Ali makan siang. Soalnya, si ali ini punya kekhasan yang sangat unik, jika dia diajak suatu kegiatan atau acara, kalo acaranya pas habis pulang sekolah pertanyaannya adalah,
”Engkok di kek-i mangan opo nggak? Nek enggak aku tak muleh ae… nggak kumanan sego ndek pondok..
Ya begitulah jadi permintaan itu sudah paten, default, nggak bisa ditawar-tawar, mbok ya dibawa ke pansus-pun kalo nggak dikasih yang nggak mau, nggak percaya tanya saja ali, ini ada nomor hapenya… hehehehe.

Singkat cerita, acara yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Dengan membawa kardus besar berisi makanan ulber dari rumah pairi, diangkat bertiga seolah-olah isinya buaraat sekali, kardus itu dibawa ke depan kelas. Selanjutnya si ipan mulai pidato.

”teman-teman, ini adalah hari sepesial bagi kita semua, karena pada bulan ini sebagian anggota kramast merayakan ultahnya, untuk membuat momen ini sepesial dan lebih berkesan agar bisa dikenang sampe anak cucu kita, maka pada hari ini kami menyelenggarakan acara besar ini. Mudah-mudahan kelak kalo musium rekor indonesia sudah ada (waktu itu belum ada soale hehee) bisa dicatat sebagai rekor… Nah agar acaranya ini khidmat kami minta, saudara Camel untuk memimpin doa..”

Maka si Camel pun memimpin doa, dia memberi sambutan,
”teman-teman sekalian nanti kalo berdoa, doakan yang ulang tahun ini cepet gemuk, biar ketularan si hindro, soalnya sayangkan udah capek-capek bikin acara nggak kita doakan sebagaimana mestinya. Karena yang ultah ini badannya masih kurang sempurna.. ya kita doakan agar disempurnakan badannya hingga berisi seperti rosandi atau hindro… berdoa mulai..”

Setelah hening beberapa saat, kemudian kelas ramai sekali, karena dinyayikan indonesia raya, lho kok indonesia raya? Iya soalnya tadi kan sudah ada pembacaan doa dan sambutan inspektur upacara.

Dan.. acara yang ditunggu-tunggu… tiup lilin bersama…
”Waduh pan… koreknya mana… kok ketinggalan…” kata ali,
”Walah ali ini mesthi deh, kalo udah di kasih amanah sukanya lupa terus… Maaf kawan-kawan yang bawa korek siapa ya…. Ini ali lupa…”
”Nih, pan aku bawa,…” kata hindro sang ketua kelas, yang selalu bawa apa saja kayak Mc Gyver, mulai kertas surat lengkap dengan kop-nya eh amplopnya buat temen-temen yang mbolos, trus perlengkapan ATK lainnya hindro mesti bawa, yang nggak dibawa cuman tabung pemadam kebakaran.

Setelah lilin dinyalakan, dan apinya berkobar-kobar, maka ketiga orang bersiap meniup lilin bersama.
”Satu… dua…. Tiga…”
”Wusssssssssssssssssssssssss….

Eh punya ali nggak mati, habis dia kekenyangan makan pas istirahat jadi nggak kuat niup..
”Ali..ali..ali..” begitu sorak sorai teman di kelas seperti memberi semangat pada petinju yang akan merobohkan lawannya.

Sementara ali dengan peluh berlelehan berusaha mematikan lilin itu,,
”Ali..ali..ali…”
Napas ali sudah tersengal..sengal…
”Wusssh……” tiba-tiba lilinnya mati.
Ternyata si Erik yang duduk di depan sudah nggak sabar ngeliat ali nggak bisa matikan lilinya, trus dia meniup lilin yang jaraknya hana beberapa senti dari tempat duduknya. Sebenarnya alasan utamanya bukan itu, alasanya karena tiap kali ali niup nggak berhasil, terjadi hujan lokal yang menimpa wajah eric, makanya dia gemes sekali,,
Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee………………..” teriak temen-temen sekalas…

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "To Live and Die [TLAD] @ SMANELA # 6: Ultahku, Ultahmu, Ultah kita semua!"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.