Article

Anak yang Mendebarkan itu sekarang 4 Taon

“Bib, kamu ikutan sunat ya, sama Bang Dayyan juga…” kata saya pas bulan maulid kemarin, kebetulan saya jadi sekretaris panitia sunatan masal di kampung saya.
“Nggak mau… nanti aja… kalo sudah empat taon…” sergah Habib, yang mungkin ngeri liat anak-anak yang di sunat.
****
“Bib, besok lusa… kamu sudah empat taon lho… “ kata Umminya beberapa hari lalu.
“Iya… Bib, sunat khan?” tambah saya
“Lho… Mi, aku khan sudah be’ol… jadi sekarang aku sudah tiga tahun lagi….” Jawab habib sambil lari keluar dari kamar mandi…
Kontan kami tertawa.
***
Alhamdulillah kami bisa menenamin Habib sampai sekarang dan mudah-mudahan kami bisa membimbingnya menjadi anak yang sholih.
Kalau ingat pas habib sebelum lahir… benar-benar pengalaman yang mendebarkan bagi kami.
Meski Habib anak ke 3 kami, tetapi proses hamil dan lahirnya beda dengan kakak-kakaknya.
Biasanya kalo pas istri saya hamil, bau makanan saja sudah muntah. Saya ingat pas hamilnya Nadia, sampai harus tengkar untuk nyuruh istri saya makan. Kalo nggak gitu dia pingsan. Lha wong saya pernah dua kali harus memapahnya karena pingsan di Terminal Arjosari dan pernah juga pingsan di angkot.
Tapi pas hamilnya habib, kayak nggak hamil. Istri saya makannya tambah banyak. Trus juga sempat pelatihan KBK di Bogor hampir 1 bulan. Pokoknya kayak orang nggak hamil gitu.
Nah, hal yang mendebarkan adalah pas kandungannya memasuki umur 8 bulan. Kami periksa rutin ke dokter. Dokter bilang bahwa posisinya melintang, tetapi masih ada harapan 2 bulan untuk mengembalikan ke jalan lahirnya yang normal. Kalo tidak maka ya harus dioperasi cesar.
Wah tentu saja kami agak cemas, berbagai upaya kami lakukan, mulai yang tradisional sampai anjuran dokter, hasilnya tetap saja. Hingga detik-detik menjelang kelahiran posisi bayinya tidak kunjung berubah. Tetap melintang.
Akhirnya saya dan istri harus menyetujui untuk “mengeluarkan habib lewat jalan lain” di operasi cesar. Dan jadwalpun ditentukan tanggal 23 Agustus 2004.
“Ini operasi terjadwal, jadi dokternya sudah siap dan tahu… kalo sebelum waktu itu atau mendadak lahir, maka bisa masuk UGD dan biayanya lebih mahal….” begitu kata seorang dokter.
Akhirnya hari Ahad 22 Agustus 2004 siang, kami pergi ke RS Syaiful Anwar, setelah registrasi kamar, maka istri saya masuk ruangan. Sementara saya nunggu di luar.
Malamnya kami dapat SMS dari Bojonegoro kalau istri Mas Ikhwan, kakaknya istri saya, juga melahirkan. Alamdulillah dapat ponakan baru, seminggu sebelumnya ada juga ponakan di Ngawi yang lahir.
23 Agustus 2008, saat yang mendebarkan itu datang, jam 10 pagi istri saya masuk ruang operasi. Setelah kurang lebih satu jam dokter mengabari saya kalau “bayi sudah dikeluarkan”.
“Alhamdulillah……” saya seru saya.
Bayi laki-laki itu lahir degan bobot 4.2 Kg dan panjang 50 cm
***
Setelah itu kami agak bingung cari nama, padahal jauh-jauh hari sudah kami persiapkan beberapa nama… bahkan googling di internet juga. Tapi nggak ada yang cocok..
Akhirnya setelah konsultasi via SMS kesana sini.. kami namakan bayi itu:
Mujahid Habiburrahman
Mujahid artinya pejuang — maksudnya untuk mengenang “perjuangan kami yang harus bolak-balik ke RS dan konsultasi ke dokter dan mencari alternatif agar dia lahir normal.
Habiburrahman — yang dicintai yang Maha Pengasih.
Mudah-mudahan nama yang merupakan doa kami itu bisa menjadi pengingat bagi Habib kelak agar bisa menjadi pejuang yang tangguh dan yang terpenting tetap dicintai oleh Yang Maha Pengasih.
***
Setelah seminggu lebih saya kemping di RSSA akhirnya istri saya diperbolehkan pulang. Tetapi si habib nggak boleh pulang karena katanya dokter ada kelaian – hypo — apa gitu – intinya kebanyakan zat kapur … bahkan dokter menakut-nakuti kalo si habib bisa kayak anak di ruang sebelah yang sudah 2 tahun nggak bisa bicara… dan seterusnya-seterusnya..
Umminya hampir tiap hari nangis di rumah.. tiap hari saya ke rumah sakit untuk ngantar ASI nya sehari dua kali.
Setelah hampir sepuluh hari Habib di ruang khusus bayi.. akhirnya umminya minta Habib diambil pulang..
“Biarlah… apapun anak kita… jadinya .. yang penting aku bisa dekat dan bisa memeluknya setiap saat…” kata istri saya sambil menangis.
Akhirnya kami mengajukan Habib untuk dibawa pulang…
Dokter mencegahnya… tapi kami memaksa.. akhirnya kami harus tanda tangan yang intinya pihak RS tidak tanggung jawab jika ada apa-apa.
Selain itu sebulan kemudian Habib diminta ke RS lagi untuk dites. Entah kami nggak tahu yang jelas dia diambil sampel darahnya dan dites yang waktu itu habisnya luamyan banyak untuk ukuran kami…
Hasil tesnya baru minggu depan setelah itu harus dikonsul ke dokter wardani kalo nggak salah namanya..
Setelah hasil tes kami ambil… kami bawa ke dokter wardani eh dia nggak ada, selama seminggu beberapa kali kami cari dia tapi nggak ketemu… begitu kira-kira hampir tiap minggu kami coba temui dia juga nggak pernah ketemu.
Akhirnya kami putuskan biarlah.. apa yang terjadi terjadilah… kami hanya berharap yang terbaik dari Allah.
Sampai suatu saat ketika Habib umur 2 tahun, dia sakit agak berat, istri saya cemas jangan-jangan ada kaitannya dengan hasil tes itu.. akhirnya kami bawa Habib ke dokter langganan kami dan istri saya menyerahkan hasil tes 2 tahun yang lalu… setelah dibuka ternyata semuanya Normal..
Alhamdulillah ternyata Allah memang selalu memberikan yang terbaik bagi kami.
**
Ah… sekarang Habib sudah 4 taon..
Sudah sekolah di TK 2 taun.
Sudah bisa ngerjain gurunya.
Sudah bisa ngomong lebih jelas dan tegas dari pada Dayyan.
Sudah bisa ngakalin Abi dan Umminya..
Dan sudah tahu dan hapal huruf Hijaiyah dan latin…
Tapi kalo diminta belajar… ada saja alasannya…
We love you so much Bib

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Anak yang Mendebarkan itu sekarang 4 Taon"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.