Article

Sulitnya Berbicara Dengan Baik

Betapa seringnya kita mendengar banyak sekali pertikaian, kesalahpahaman dan bahkan tidak sampainya pesan-pesan dakwah yang disampaikan seseorang tidak menimbulkan hasil yang memuaskan seperti yang diinginkan disebabkan hanya gara-gara masalah komunikasi yang kurang tepat (melingkupi pilihan kata dan kalimat — diski dan intonasi –, waktu penyampaian pesan yang kurang tepat).

Seorang teman saya yang aktivis mengeluh dan jengkel karena merasa sakit hati dengan kata-kata ibunya yang setiap kali menyuruhnya dengan menggunakan kata-kata yang menusuk hati, seperti, “Mengapa sih kamu selalu tidak memperhatikan kata-kata Ibu?” 

“Begitu ya kalau sudah kuliah dan pinter, terus menyepelekan orang tua yang sudah susah payah membiayainya? 

Dan sejenisnya!

Ketika sang teman tadi saya tanya, 

“Mungkin kamu pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan sekarang kamu sedang ‘dicoba’ bagaimana rasanya berkata dan menyampaikan pikiran kita tanpa memikirkan kalimat yang akan kita lontarkan terlebih dahulu? Sang teman hanya termenung.

Betapa sedihnya kita mendengar kata-kata dari seorang aktivis dakwah yang sering mencerca dan mencela orang lain disetiap kesempatan. Ketika kita tanya mengapa dia bersikap demikian, jawabannya enteng saja: 

“Kalau bisa dengan seperti itu kenapa harus dengan kata yang lain?” 

“Bukankan orang-orang tersebut layak dicerca?” dan seterusnya.

Memang sulit untuk mengingatkan teman-teman kita yang demikian ini, jika kita memakai kata-kata yang menyakitkan hati untuk mengingatkannya maka yang terjadi justru pertikaian yang tiada guna. Jika diingatkan dengan baik-baik juga terkadang dijawab dengan ketus. 

Akhirnya kita hanya bisa berdo’a semoga dia segera menyadari konsekuensi dari tindakannya. Terkadang seseorang ‘harus merasakan balasan yang setimpal’ atas tindakannya yang dipilihnya. Sakit memang, tetapi mungkin itulah cara yang bisa menyadarkannya.

Satu lagi hal yang selalu saya ingat dalam hati adalah, biasanya orang-orang yang suka mencela dan mencerca orang lain adalah ‘orang-orang yang rentan di dalam’, orang-orang yang ‘mudah patah hatinya’ terkena kritikan, orang-orang yang tidak mudah memaafkan orang lain, orang-orang yang suka debat dan menjadikan hiudpnya habis untuk debat, dan yang lebih parah adalah orang yang tidak mau membuka pintu hatinya untuk mengakui dan menerima kebaikan dan kebenaran dari orang lain. Saya tidak tahu apakah ini hanya penilaian subjektif saya, tetapi itulah kenyataan yang saya pelajari selama ini.

Saya juga merasa sedih sekali jika celaan dan cercaan tersebut tersebar luas di forum-forum pengajian, mailing-list, dan media massa. Mengapa forum yang seharusnya membawa berkah bagi yang hadir dan membacanya, menjadi forum-forum yang menimbulkan rasa tidak enak hati, pertikaian dan perpecahan diantara kita.

Pernah saya membaca sebuah posting disebuah milis yang dikirim seorang non muslim :”I try really hard to learn how muslims think and how they feel about everything that is going on in the world. I want to learn how to live in peace with everyone. I know it’s not going to happen but when YOU POST MESSAGES OF HATE AND DISRESPECT FOR THOSE DIFFERENT THAN YOU, YOU ARE JUST AS BAD AS THE PEOPLE YOU CRITICIZE.”

Lucu ya kita saling berdebat dengan saudara kita sesama muslim dan saling menjelek-jelekkan sampai-sampai kita lupa bahwa ada orang lain yang memperhatikan betapa jeleknya kita (sama-sama jelek).. Astaghfirullah…

Astaghfirullah, Astaghfirullah, Astaghfirullah, 

Semoga Allah selalu membimbing kita untuk bisa mengontrol segala apa yang kita katakan, baik kepada sesama muslim dan kepada semua orang.

*****

HERI MULYO CAHYO

Muslim Youth Leadership Forum & Enterprise (MYLiFE)

hmcahyo@yah**.com

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Sulitnya Berbicara Dengan Baik"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.