Article

Standar Ganda Bagi sang Pecel

Saya selalu tidak yakin ketika ada orang yang mengatakan dia HANYA mempunyai STANDAR TUNGGAL.

Mengapa?

Karena berdasarkan pengalaman saya pribadi dan juga pengamatan sekitar, sepertinya MUSTAHIL seseorang hanya punya standar tunggal.

Hal ini karena makna standar ganda itu sendiri bagi saya cukup absurd - karena semua orang bisa memakainya sesuai keinginan dan sesuai keadaan yang dia yakini baik atau jelek, benar atau salah. Selain itu menurut saya ternyata standar itu (baik yang tunggal maupun yang ganda) ternyata ada kadarnya atau semacam level mulai yang rendah hingga tinggi.

Jadi wajar saja jika dihadapkan pada suatu pilihan, seseorang senantiasa menerapkan standar gandanya dengan level yang tidak berimbang. Bisa jadi pada saat bersamaan level baiknya yang menurut dia tinggi katakan nilainya 8, sementara level buruknya 2. Dan ketika sisi pilihan dengan level tertinggi yang kita pilih maka itulah yang akan tampak bagi orang lain posisi kita terhadap hal itu.

Masih bingung ya?

Mari saya beri satu ilustrasi yang saya alami.

PECEL

Makanan ini adalah makanan yang paling banyak anda temui di kota malang sepanjang waktu, bahkan nyaris 24 jam bisa anda temui di Pasar Lawang karena banyak sekali warung yang menjualnya, baik yang harganya murah hingga yang mahal.

Dan Makanan inilah yang bisa menggambarkan standar ganda saya secara sempurna.

Mengapa?

Karena pada saat disuguhin pecel maka pada saat yang sama saya merasa SUKA sekaligus TIDAK SUKA. Saya suka makanan ini kerena saya penggemar sayur-sayuran dan juga makanan berbumbu kacang. Tetapi saya tidak suka makanan ini karena berdasarkan pengalaman saya yang cukup panjang setiap kali saya makan pecel apalagi yang bumbu kacangnya cukup pekat dan ditambah rasa pedas sedikit bisa dipastikan dalam waktu yang tidak terlalu lama perut saya akan berontak, mules bahkan bisa mencret.

Tentu kondisi tersebut sangat menggangu ketika temen-temen di kantor misalnya, mengajak makan siang dengan menu pecel seperti yang terjadi kemarin.

Semua itu terjadi karena saya punya gangguan pencernaan atau bahasa populernya sakit maag. 

Begitulah kondisinya. 

Sehingga sikap saya terhadap pecel ini orang bisa melihatnya berbeda-beda tergantung kondisi. Kadang saya sangat tidak suka dengan makanan ini - padahal ngempet pengen makan - karena hendak melakukan perjalanan ke luar kota, sementara hampir semua rombongan di mobil memilih menu pecel buat sarapan. Saya tidak mau di tengah jalan saya menghentikan mobil gegera cari toilet. Dan akhirnyapun biasanya saya sendirian yang makan dengan menu berbeda, tentu hal ini sangat tidak asyik.

Sementara di lain waktu, saya bahkan bisa mengajak teman atau anak saya pergi ke pasar di tengah malam hanya untuk menikmati pecel.

Mungkin begitu sedikit ilustrasi saya tentang standar ganda.

Anda punya pendapat lain?

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Standar Ganda Bagi sang Pecel"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.