Article

Abaikan Awalnya, Perhatikan Akhirnya

Abaikan Awalnya, Perhatikan Akhirnya....
Saya ​bangun kesiangan​ sehingga tidak bisa mengejar subuhan berjamaah di masjid MTSN Lawang yang cuma berjarak 2 rumah dari tempat saya tinggal.
Di komplek perumahan saya, bangun saat adzan subuh, sudah termasuk kesiangan, karena bisa dipastikan anda ketinggalan berjamaah subuh di masjid. 


Sebenarnya pak RT kami, sudah mengeluh kepada dua orang yang sering jadi imam di masjid tersebut, karena beliau ini termasuk jamaah ​ketinggalan kereta​ alias ​​masbuk​​ seperti saya dab beberpa orang lainnya. Akhirnya pak RT kami, memilih berjamaah di masjid Muhajirin dekat pasar lawang yang jaraknya 1,5 km dari rumahnya, karena di masjid itu start sholatnya termasuk ​​agak siang​​ 


Disebabkan kesiangan tadi maka saya ​​sedikit aga santai​​ ke kamar mandi, belum selesai saya keluar dari kamar mandi, dari spekaer masjid MTSN Lawang terdengar pengumunan yang mengabarkan tentang kematian seorang warga. Karena di dalam kamar mandi suara pengumuman tersebut kalah dengan suara air kran yang sedang memenuhi bak mandi.
Istri saya penasaran juga dengan isi pengumuman itu, agar lebih jelas mendengar isi pengumuman itu dia sampai keluar rumah, sayangnya begitu sampai di halaman, pengumumannya sudah usai. Akhirnya kami melanjutkan sholat dirumah dan setelah itu melakukan aktivitas rutin pagi, istri saya ke dapur menyiapkan sarapan, sementara saya beres-beres rumah.


Sekitar jam 5.30 saat sinar matahari sudah sangat terang - saya berniat membuka pintu pagar. Begitu sampai pagar depan saya terkejut karena di depan rumah saya ada beberapa kursi tamu tetangga yang berjejer di jalan gang yang lebarnya cuma sekitar 4 meter. Bergegas saya ke dapur memberi tahu istri untuk menengok ke tetangga sebelah.. istri saya segera meninggalkan masakannya dan ke berlari ke sebelah.


"Ternyata yang meningal pak ri.." katanya sekitar 5 menit kemudian.

"Pak ri siapa? Masak suaminya bu Dian..? Tanya saya ke istri dengan rasa tidak percaya, karena Pak Saori, suami bu Dian semalam masih berlihat di depan rumahnya..

"Bukan..tapi pak tua, depan rumah bu Dian..."

"Innalillahi wainnailahi rajiuun... sakit apa ya kok akhir-akhir ini gak kelihatan..."

"... kurang jelas sih, tapi sepertinya komplikasi...." jelas istri

"... tapi gak pernah opname di rumah sakit khan...?" tanya saya

".. iya, wes agak cepet yuk nyiapkan buat anak-anak..trus ke situ.." jelas istri saya sambil bergegas ke dapur.

Para tetangga sudah ramai dan hendak menyiapkan tempat mandi buat jenazah saat saya hendak mengatar si Kya berangkat sekolah. beberapa saat kemudian saya bergabung dengan warga yang lain yang menyiapkan pemakaman.
Saya lihat beberapa orang sedang menyiapkan batu nisan dan menuliskan nama pak tua yang meninggal.

Pak Basuki, pak polisi yang rumahnya dekat masjid, menebali ​​draft​​ tulisan nama di atas batu nisan dengan cat hitam. Disana tertulis ​TASERI, ​lahir : 1952​​ dan ​_ wafat: 2016_​
Di sudut lain, saya lihat jenazah sudah dimandikan.

"Jam berapa dimakamkan Pak..?" tanya saya kepada pak Haji Wardi yang sering jadi imam saat sholat jamaah.

"Sekitar jam sembilan.. nunggu makamnya selesai digali.."

"Disholatkan di masjid MTSN khan..?"
"Iya sambil nunggu anak-anak selesai..." jelasnya.

Sementara dari tempat saya berdiri masih terlihat siswi MTSN masih memenuhi lapangan sambil melantunkan sholawat. Setiap hari jumat, rangkaian kegiatan sholat duha di MTSN lawang lebih lama daripadi hari-hari biasanya.
Senin-Kamis dan Sabtu, kegiatan sholat duha berjamaah digelar mulai jam 6.30 dilanjutkan dzikir bersama hingga pukul 07.00 kemudian diteruskan dengan pelajaran hingga selesai. Sementara untuk hari jumat, setelah dzikir berjamaah mereka bersholawat dan membaca beberapa surat yang agak panjang. Untuk siswi mereka berjamaah di lapangan upacara yang letaknya tepat di halaman masjid, sementara masjid berlantai dua tersebut digunakan oleh para siswa.

Jumah siswa yang hampir mencapai seribu tersebut tak mungkin tertampung di masjid yang hanya mampu menampung sekitar 300 sd 400 orang. Sementara jumlah murid perempuan jumlahnya hampir 2 kali jumlah yang lelaki.

".... dibawa ke masjid saja..sekarang.." begitu komando Abah Yahya, imam masjid yang lebih senior.

Beberapa orang agak bingung, karena tadi nunggu galian selesai, dan anak anak MTSN belum juga selesai melaksanakan kegiatannya. Namun rupanya beliau sudah berkordinasi dengan beberapa guru yang ikut bertakziah bersama warga.

Akhirnya sekitar jam 7.30 keranda jenazah sudah dibawa memasuki masjid dengan diiringi tahlil, sementara guru yang menjadi imam sholat duha berjamaah mengomando seluruh jamaah yang hampir seribu orang tadi untuk bersiap melaksanakan sholat jamaah. Sementara para petakziah juga bergegas mangambil air wudhu agar tidak ketinggalan mengikuti sholat jenazah.


Saat hendak mulai sholat jenazah hingga selesai melakukan dzikir bersama dan mendoakan sang jenazah, badan saya tiba-tiba merinding dan agak menggigil menyaksikan fenomena tersebut.
Bagi saya, Pak Taseri mendapatkan anugerah yang sangat luar biasa di akhir hidupnya.

​​Pertama​​ beliau meninggal sekitar jam 01.00 dini hari pada saat hari jumat. Meninggal pada  hari tersebut yang di dalam hadist shohih, akan mendapatkan jaminan bebas dari siksa kubur.
​​Kedua​​ yang menghadiri sholat jenazahnya hampir 1000 orang. Tentu ini keutamaan yang sangat besar, dalam sebuah riwayat jika yang menyolatkan jenazah 40 orang maka akan dikabulkan doa mereka yang mendoakan itu. Dalam riwayat lain jika jumlahnya 100 orang. Tetapi Pak Tua ini, yang menyolatkan hampir 1000 orang.. bukankan itu sebuah anugerah yang sangat besar?
​​Ketiga​​ dalam sebuah hadist juga disebutkan bahwa salah satu ciri seseorang muslim khusnul khotimah adalah meninggal pada hari jumat.

Semua keutamaan itu bagi saya sungguh luar biasa mengingat dimata warga sekitar "*bukan orang istimewa*" mengingat, dia "cuma" tukang kebun di sebuah toko bangunan di dekat komplek perumahan, selain itu dia juga "nyambi" sebagai pemulung barang bekas yang kadang-kadang membuat tetangga sampingnya agak rese karena di rumahnya banyak onggokan botol bekas air mineral. Orangnya pendiam, istrinya juga begitu, gak terlalu suka ngumpul ngerumpi dengan emak-emak di sekitar rumah yang pada kurang kerjaan. Dan yang saya ingat, istri pak tua tersebut suka memberi hadiah makanan kepada kami meski cuma satu kantong tas plastik kecil. tapi anehnya, pasangan tua yang cuma tinggal berdua tersebut, tidak terlalu disukai oleh emak-emak ​(karena kalo bapak-bapak di kampung kami jarang ngumpul-ngumpul kayak gitu)​ yang suka ngerumpi tadi..bahkan istri saya suka jengan dan milih kabur kalo para emak  tadi sudah menejelek-jelekkan sepasang kakek nenek tersebut.

Sejujurnya saya penasaran amalan sepesial apakah dilakukannya sampai mendapatkan anugerah yang sangat luar biasa tadi..

Akhirnya semoga setiap kematian yang kita jumpai memberikan kita pelajaran agar senantiasa untuk berbuat baik, meski mungkin banyak orang yang tak menyukainya, dan senantiasa berdoa agar Allah SWT memberikan rahmatnya hingga kita meninggalkan dunia ini dalam kondisi khusnul khotimah.

*****
​Renungan akhir pekan, ditulis di puskesmas lawang, saat menunggu antrian poli gigi​
​​Lawang, 22 Oktober 2016
* http://www.hmcahyo.com

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Abaikan Awalnya, Perhatikan Akhirnya"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.