Article

The Luck Factor: Bagaimana Meningkatkan "Keberuntungan" Anda



Pengantar: 

Alhamdulillah akhirnya bisa juga menyelesaikan tulisan yang saya janjikan – disela-sela waktu kerja mulai jam 8 hingga jam 4 sore. Mohon maaf jika terasa tidak urut karena terus terang saya harus merefresh kembali tentang topik ini yang sudah saya pelajari sekitar 4 tahun yang lalu. Sehingga saya harus googling dan membaca beberapa referensi yang saya tuliskan di bawah. 

Saya berusaha menuliskan hal ini karena sudah kadung memenuhi janji saya di status yang saya tulis kemarin, sebagai lanjutan dari tuisan sebelumnya “Personal Peace Procedure” (P3) 
- bisa anda baca di sini 

Sedangkan untuk tulisan Personal Peace Procedure itu sendiri hal itu masih sebagian saja, in sya Allah akan saya teruskan lagi di lain kesempatan – karena menurut saya P3 – sangat relevan sekali dengan bahasan kita saat ini.

*****
Adalah Richard Wiseman – seorang Profesor Psikologi dari universitas University of Hertfordshire – yang selama beberapa tahun melakukan penelitian yang “ganjil” dengan topik, mengapa sebagian orang “lebih beruntung” dibandingkan lainnya. Dari hasil penelitiannya pada 400 responden yang tersebar di beberapa wilayah Kerajaan

Inggris tersebut Wiseman menemukan bahwa meskipun keberuntungan yang selama ini dianggap sebagai “bawaan sejak lahir” tetapi berdasarkan hasil penelitiannya ternyata setiap orang bisa “mempersiapkan diri” untuk lebih beruntung.

Maksudnya bagaimana?

Menurut penelitian Wiseman, ternyata seseorang harus mempersiapkan diri untuk mengenali berbagai kejadian di dalam hidupnya yang akan membawa kepada keberuntungan dan bertindak semaksimal mungkin untuk menjadikan segala kejadian tersebut sebagai jalan untuk meraih keberuntungan. Dengan kata lain agar hidup seseorang lebih beruntung tergantung kepada seberapa besar cara dia berpikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapai suatu kejadian.

Ada satu kejadian menarik – yang menjadi bagian dari penelitian tersebut – dimana Prof Wiseman membuat janji dengan para responden di sebuah Pub dan dia meletakkan selembar uang kertas sebesar 5 £ di depan pintu masuk dan selalu diletakkan ditempat yang sama. Para responden yang termasuk “kategori orang beruntung” selalu melihat lembaran uang tersebut dan memungutnya, sementara mereka yang masuk “kategori kurang beruntung” bukan hanya tidak memungut uang tersebut, karena mereka merasa TIDAK MELIHAT ada lembaran uang di sana.

Dari penelitian itu, Wiseman menegaskan bahwa cara kita memandang realitas yang ada akan mempengaruhi apa yang akan kita dapatkan. Misalkan, jika kita percaya akan bertemu dengan orang orang yang menarik dan menyenangkan, maka kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak dan akhirnya akan menemukan orang yang seperti kita bayangkan. Hal yang sama juga terjadi bila kita berpikir bahwa jika dunia ini penuh dengan orang-orang yang licik dan culas.

Pikiran kita bekerja dengan cara yang unik, dimana sang otak akan selalu mencari “jaminan” atas apa yang sudah kita pikirkan, yaitu dengan cara memberikan perhatian lebih banyak terhadap apa saja yang telah menjadi visi (cara pandang kita) terhadap dunia. Sebagai contoh, jika kita berpikiran buruk terhadap seseorang, maka semua hal-hal yang terkait dengan orang tersebut akan terlihat buruk, begitu juga sebaliknya. Dunia ini menawarkan begitu banyak hal yang “sesuai” dengan pikiran kita, bukan karena isi dunia hanya hal tersebut (karena dunia sangat komplek dan bermacam-macam) tetapi karena “antena pribadi” kita sengaja disetel untuk “menangkap gelombang” sesuai hal-hal yang kita pikirkan.

Meskipun kita tidak tidak bisa “mengkondisikan” dunia di sekitar kita, tetapi cara kita memandang hal tersebut adalah hal yang sangat penting. Jika kita percaya bahwa tidak ada peluang (kesempatan) yang bagus bagi kita di luar sanam maka kita tidak akan pernah menemukan peluang tersebut meskipun sebenarnya peluang itu benar-benar ada di depan hidung kita. Begitu juga terjadi sebaliknya.

Akhirnya yang menjadi pertanyaan adalah: “Apakah kita bisa melatih atau mempelajari agar kita bisa lebih beruntung?”

Menurut wiseman, jawabanya adalah bisa, karena dia menegaskan bahwa keberuntungan tersebut berdasarkan 4 prinsip psikologis yang bisa kita pelajari dan kita latih.

1. Prinsip Pertama: Memaksimalkan Peluang Kesempatan 

Orang yang beruntung terampil mencipkan, melihat dan bertindak tas peluang kesempatan. Mereka melakukan dengan berbagai macam cara seperti membuat jejaring (networking), lebih bersikap santai menghadapi kehidupan dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman baru

2. Prinsip Kedua: Mampu medengarkan Firasat Keberuntungan. 

Orang yang beruntung mampu membuat keputusan yang efektif dengan cara mendengarkan firasat dan intuisinya. Selain itu mereka secara aktif meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan intuisi mereka dengan cara meditasi dan memberiskan pikiran mereka dari pikiran lain yang mengganggu (Semacam melakukan Personal Peace Procedure, sebagaimana tulisan saya yang lalu – bisa dibaca di sini 

3. Prinsip Ketiga: Mengharapkan Hal-Hal yang Baik (Good Fortune) 

Orang yang beruntung selalu meyakini bahwa masa depannya akan senantiasa diliputi keberuntungan. Hal ini akan menjadi semacam “ramalan yang menjadi kenyataan” yang membantu orang-orang yang gagal bisa bertahan dalam menghadapi setiap kegagalan, selain itu keyakinan ini akan membuat mereka berinteraksi dengan orang lain secara positif.

4. Prinsip Keempat: Mengubah Kesialan menjadi Keberuntungan
Orang yang beruntung menggunakan berbagai teknik psikologis untuk mengatasi dan bahkan berhasil mengalahkan hal-hal buruk yang menghalangi jalan keberuntungan mereka. Misalnya, secara spontan mereka bisa membayangkan jika ada sesuatu hal buruk akan terjadi, mereka tidak akan membiarkannya hal itu terjadi, tetapi justru mengambil kendali situasi dan berusaha mengatasinya. 

***
Hal-hal menarik lainnya yang ditemukan dari penelitian Prof. Wiseman:
  • Dalam suatu eksperimen Wiseman meminta responden untuk membuka koran dan menghitung berapa banyak foto yang ada pada setiap halaman. Orang-orang yang mempunyai mental kurang beruntung menganggap perintah tersebut Cuma buang-buang waktu saja, dan biasanya mereka tidak akan meneruskan begitu menyelesaikan halaman 3, karena disana tertulis BERHENTI, ADA 43 FOTO DALAM KORAN INI. Sementara orang-orang yang memiliki mental beruntung, mereka justru bertanya pada peneliti, “Apakah anda tidak keberatan jika saya meneruskan menghitung fotonya,”  “Tentu saja,” Jawab sang peneliti, dan pada halaman berikutnya ada- tulisan besar, “BERHENTI. KATAKAN PADA PENELITI, ANDA TELAH MELIHAT TULISAN INI DAN MEMENANGKAN 150 POUNDS [sekitar $235].
  • Orang-orang yang bermental kurang beruntung saat mengalami kecelakaan akan berkata, “Bagaimana mungkin saya mengalami kecelakaan seperti ini,” – sementara orang-orang bermental beruntung akan berkata kurang lebih, “Alhamdulillah, meski mengalami kecelakaan saya masih hidup, dan saya bertemu orang yang bertabrakan dengan saya dan sekarang kami jadi teman baik..”
  • Cara untuk melatih seseorang selalu berpikir tentang keberuntungan adalah dengan cara membuat “Buku Diary Keberuntungan” – setiap hari di akhir semua kegiatan yang dia lakukan – dia diminta menulisakan SEMUA HAL POSITIF dan KEBERUNTUNGAN, yang dia dapatkan hari itu, dan dia DILARANG MENULIS hal-ha negatif yang dia alami hari itu. Esok harinya dia membaca apa yang dia tuliskan di awal dia hendak memulai segala aktivitas dan nanti (menjelang tidur) dia menuliskan hal-hal baru yang positif sebanyak mungkin. Setelah seminggu dan hingga sebulan maka secara otomatis pikiran orang tersebut terlatih untuk memikirkan hal-hal yang positif.
***
Adapun ada beberapa tambahan kegiatan untuk melatih mental beruntung dari pelatihan yang saya (Penulis-red) ikuti dan tambahan dari hal-hal yang saya baca melalui referensi seperti:
  • • Mendoakan kebaikan kepada sekitar 40 orang yang kita temui, sepanjang hari. Misal ketika kita melihat orang jualan, kita doakan dia agar jualannya laris. Ketika melihat tetangga kita yang jadi tukang ojek, di doakan semoga dia dapat penumpang, mendoakan tetangga kita yang sedang sakit, dan seterusnya.
  • Melakukan “The Power Of Positif Walking “ : saya sudah pernah menuliskannya tentang hal ini di blog saya (facebook note) tetapi saya cari-cari tautannya gak ketemu. In sya Allah akan saya tuliskan lagi jika ada yang mau membacanya- tetapi intinya adalah, setiap hari kita melakukan olah raga jalan sekitar 20 menit – dan sambil berjalan yang kita ingat adalah segala hal yang bisa kita syukuri.
  • Mencoba mempraktikkan “menyapa dan tersenyum setiap bertemu orang (terutama yang ada di sekitar lingkungan kita ataupun yang baru kita kenal) – saya juga pernah menuliskannya beberapa tahun lalu juga diblog/note facebook …
Terakhir tantangannya adalah: Apakah ada diantara kita yang mau mencoba tips yang diterapkan oleh Prof Wiseman pada murid-muridnya di “Sekolah Keberuntungan” – Luck School – yaitu menuliskan apa segala hal positif setiap hari dan beberapa hal yang disarankan di atas – dan membagikan pengalamannya di catatan facebook?

Ada yang tertarik?

Atau ada yang ingin didiskusikan?

Referensi:































Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "The Luck Factor: Bagaimana Meningkatkan "Keberuntungan" Anda"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.