Article

Media Sosial dan Era "Paranoid-sasi"



Oleh:
Heri Mulyo Cahyo
(Tim Media MIUMI Malang)




Suatu ketika, anak saya menolak tumis kangkung yang disajikan oleh ibunya, setelah saya tanya ternyata dia mendapatkan informasi yang tersebar di facebook, tentang bahaya memakan kangkung yang menyebabkan pengonsumsinya secara tidak sadar juga "memakan cacing" yang konon bisa hidup di dalam usus orang tersebut yang ujungnya menyebabkan kematian.

***********

Ya saat ini kita hidup tidak bisa lepas dari yang namanya media sosial, yang dengannya informasi yang tak terbatas dan terduga masuk di gadget yang kita genggam mulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi.

Ibarat pisau yang bermata dua, media sosial seperti Facebook, WhatsApps, BBM, Line dan lainnya justru menjadi sebagai alat yang efektif untuk menyebarkan sesuatu yang membuat penggunanya tidak "nyaman" dalam menjalani kehidupan.

Satu diantara penyebabnya adalah, adalah prilaku "salin-tempel-sebar" (copy paste, share) dari penggunanya tanpa memikirkan apakah yang disebarkannya adalah informasi yang benar dan bermanfaat.

Memang terkadang niatan untuk melakukan hal tersebut mulanya baik, entah untuk tujuan memberi motivasi, semangat atau bahkan memberikan semacam "alarm" atas tindak kejahatan yang dilakukan orang lain.
Tetapi yang menjadi masalah adalah ketika berita-berita yang disebar tersebut dan membentuk "informasi viral" adalah informasi "Hoax" alias dusta, maka yang terjadi adalah membuat rasa cemas bagi yang membacanya.

Seperti yang terjadi beberapa saat lalu, ketika saya menerima sebuah broadcast tentang obat "Progesterex" dan "Rophynol" - yaitu semacam pil yang digunakan oleh para pelaku pemerkosaan agar korban perkosaan tidak sadar (dibius dengan Rophynol) dan mengalami sterilisasi alias tidak hamil karena memakai Progesterex yang konon dipakai untuk menstriliasasi hewan-hewan seperti kuda, jerapah dan sebagainya.

Sayangnya ketika saya coba mencari informasi tersebut di Google - pada menurut keterangan Wikipedia - berita tersebut adalah Hoax dan yang memprihatinkan lagi berita Hoax tentang hal tersebut sudah terjadi sejak tahun 1999 - yang beredar melalui email berantai (bisa jadi jaman itu era jaya-jayanya menggunakan email untuk diskusi di forum-forum dan mailing list). Untuk jelasnya tentang hal ini silahkan buka tautan berikut : https://en.m.wikipedia.org/wiki/Progesterex

Tidak hanya beradarnya informasi progesterex yang bisa memicu orang untuk waspada berlebihan alias paranoid.. contoh lainnya adalah berita modus penipuan uang di ATM, kartu kredit, masalah memakan makanan tertentu dan lain-lainnya.

Yang lebih parah dari itu adalah diujung informasi Hoax yang disebar tersebut biasanya diembel-embeli dengan kata-kata semacam - "diambil dari Humas Polda Metro Jaya" - atau Menurut Dokter Ahli atau dari institusi-institusi yang dianggap menguatkan berita hoax tersebut.

** Prilaku Sehat di Medsos **

Saya yakin selain saya, anda juga sering mendapatkan bombardir informasi hoax semacam itu, tetapi saya yakin juga bahwa anda dan saya tidak ingin anak-anak kita dan keluarga kita menderita penyakit paranoid gara-gara membaca informasi yang mereka baca di medsos.

Untuk itu kali ini saya ingin mengajak anda semua untuk berperan aktif sebagai "pengguna medsos yang berprilaku sehat." Caranya adalah sebagai berikut.

1. MENAHAN : jika anda mendapatkan informasi yang berpotensi menimbulkan penyakit paranoid bagi pembacanya, entah itu masalah kesehatan, kejahatan dll, maka yang harus anda lakukan pertama adalah MENAHAN informasi tersebut dengan tidak meneruskan dan menyebarkannya ke grup atau orang lain.

2. MENGINGATKAN : jika ada orang lain yang menyebarkan informasi tersebut kepada anda atau grup yang anda ikuti silahkan,

3. MENGINGATKAN orang tersebut apakah berita tersbut valid atau hoax.

4. MENELITI : jika anda punya waktu luang untuk meneliti dan menelusuri kebenaran berita itu, maka anda bisa melakukan menggunakan Google, untuk menelusuri beberapa kata kunci yang ada dalam informasi tersebut. Kata kunci yang bisa anda pakai adalah : (1) nama ahli/atau pihak otoritas yang dicatur dalam informasi tersebut. (2) topik yang informasi tersebut (3) validitas nara sumber seperti mengecek apakah namanya ada di internet, apakah institusinya juga punya website, apakah nomor telpon atau emailnya aktif dan sebagainya.. anda bisa biasanya dengan mencari hal-hal tersebut anda bisa mendapatkan banyak informasi untuk bisa menentukan apakah informasi yang beredar tersebut valid atau hoax.

5. MENJELASKAN/KLARIFIKASI : jika anda sudah menemukan bahwa informasi yang beredar tersebut hoax alias dusta, maka anda bisa menjelaskan kepada teman pengirim atau di dalam grup yang anda ikuti bahwa berita itu palsu.. sertakan tautan alamat situs/ URL dari hasil penelitian anda.

Semoga dengan berprilaku sehat dalam medsos kita juga turut andil dalam menjadikan pembacanya orang yang sehat dan terhindar dari sikap paranoid. Wallahualam.

*****

Lawang, Jumat, 10 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Media Sosial dan Era "Paranoid-sasi""!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.