Article

Ketika Belajar dan Sekolah Tidak Lagi Menyenangkan



Hari Sabtu, 28/02/2015, lalu saya menghadiri rapat bulanan MOS (Musyawarah Orang Tua Siswa) kelas 6 di sekolahnya si Dayyan. Setelah istigotsah bersama, Kepala Sekolah di sertai dua wali kelas 6, maju ke depan forum untuk memberikan informasi yang terkait kegiatan anak-anak kelas 6.

Sambil memberikan informasi, pihak sekolah mengedarkan hasil try-out anak-anak kelas 6 yang dilaksanakan selama 3 kali (1 kali soalnya dari Dikbud kabupaten dan 2 kali dari Dikbud kecamatan). Sepintas saya lihat nilai si Dayyan, baik-baik saja terutama matematikanya dan relatif stabil.

Selanjutnya Ibu wali kelas menginformasikan beberapa hal tentang respon anak-anak terhadap try out yang dilakukan beruntun mulai bulan ini, hingga nanti menjelang ujian akhir sekolah. Sebagian anak-anak sempat protes kepada kepada gurunya dengan mengatakan mereka sudah bosan dengan kerena hampir tiap hari selalu dijejali soal-soal dan soal soal. 

Sebagian siswa juga memberikan respon "asal-asalan" ketika mengerjakan try-out, banyak diantara anak-anak hanya membaca JABAWAN dan langsung MEMILIH tanpa MEMBACA SOAL. Sebagian lagi mengerjakan soal dengan cepat karena hanya membutuhkan waktu "30 menit s/d 1 jam" padahal "jatahnya 2 jam atau 120 menit" - sudah begitu, mereka langsung bersantai dan tidak mau meneliti lagi apakah pekerjaan mereka benar atau salah. Dan ada beberapa hal lainnya.

Setelah itu berbagai tanggapan - yang sebagian besar oleh para emak (saya juga heran kenapa setiap rapat walimurid yang dominan adalah emak-emak, sementara yang bapak-bapak jadi kaum minoritas - kemarin yang datang sekita 5 atau 7 orang bapak saja).

Nah, kalo sudah sesi emak-emak yang menanggapi biasanya acaranya tambah panjang kali lebar... bahkan beberapa bulan lalu sampe hampir 2 jam lebih rapat gara-gara masalah "rekreasi". Yang menjadi lebih memprihatinkan begitu para emak banyak yang bicara, satu persatu dari bapak yang hadir keluar ruangan dan pulang, tinggal dua biji saya dan seorang bapak lagi. saya mau keluar kok ya gak nyaman, karena sudah ditunjuk jadi ketua MOS... setelah mendengar ramainya tanggapan dari para emak - akhirnya saya urun pendapat - yang saya katakan di forum juga bahwa :

Pertama, saya gak terlalu mempermasalahkan apakah anak saya mendapatkan nilai kurang dari rata-rata, asalkan dikerjakan dengan jujur dan sesuai kemampuannya saya lebih menghargai hasil tersebut. apalah artinya rangking tinggi jika dilakukan dengan curang.

Kedua, saya mengatakan bahwa anak-anak sebenarnya terlalu jenuh dan LELAH SECARA PSIKIS dengan dibrondong soal-soal hampir tiap hari, selain itu mereka harus pulang lebih lambat dan berangkat lebih awal (jam 6 pagi sudah harus sampai sekolah) karena ada jam tambahan pelajaran. jadi wajar jika mereka ogah-ogahan mengerjakan soal.
Ketiga, saya bilang harusnya orang tua jangan memaksa lagi anak belajar di rumah, karena sebagain orang tua memaksa anak-anak untuk mengikuti les pelajaran baik di tempat bimbel atau bahkan privat, jadi wajar saja kalau datang ke sekolah pengennya main saja

Keempat, dengan kondisi "tidak normal tersebut" sebenarnya anak-anak "rugi" karena tenaga dan pikirannya diforsir untuk mengejar nilai ujian yang hanya bermanfaat untuk "lolos" di sekolah favorit, sementara kegiatan lain yang lebih bermanfaat seperti mengaji, mengasah kreativitas jadi terbaikan...

Kelima, jangankan anak-anak, saya saja sudah merasa lelah - yang melihat anak saya berangkat pagi sebelum jam 6 dan pulang sampai rumah sekitar jam setengah 4 sore (bahkan ada anak tetangga sudah dijemput angkutan jam setengah enam pagi dan sampai rumah jam setengah enam sore padahal masih kelas SATU SD!)

Dan terakhir saya katakan, "Kok sekarang ini, sekolah tingkat SD saja tambah berat ya? kadang lebih berat dari orang kerja, bukankah begitu?









Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "Ketika Belajar dan Sekolah Tidak Lagi Menyenangkan"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.