Article

[Kepsek's Note] # 21: PNBB on Future: De-CODING

Kalau anda pernah jadi blogger yang suka mengoprek-oprek tampilan blog anda dengan mengganti-ganti kode HTML atau javascript mesti anda kenal dengan istilah De-CODING. Decoding biasanya kita melihat sebuah tampilan blog orang lain yang menarik, dan anda pengen tampilan itu ada pada blog anda, kemudian anda mencoba melihat kode-kode yang ada dibalik tampilan itu kemudian menyalin bagian yang anda inginkan dan memasangnya pada blog anda.

Ya itulah de-Coding, kalo pengen tahu masalah ini coba tanyakan pakarnya Uda Hazil Aulia atau mas Bambang Ikbal.

Tapi kali ini saya nggak mau bahas tentang masalah de-Decoding blog, karena bikin mumet hehehe. Tetapi saya ingin memberitahu anda bahwa kita bisa men-decoding keunggulan orang lain, untuk kepentingan perkembangan keterampilan dan karir menulis kita.
Lho memangnya bisa Pakde?
Bisa, karena seperti yang dipelajari dalam ilmu NLP [Neuro Linguistic Programming] dikatakan bahwa, semua PRILAKU manusia MEMILIKI POLA.
Ya, semua orang sukses, termasuk penulis terkenal, mempunyai pola-pola berpikir dan bertindak sehingga dia bisa menghasilkan karya-karya yang hebat.
Nah, dengan mengetahui pola-pola tersebut kita bisa menyalinnya dan menerapkan pola-pola tersebut pada kita.
Sebagai contoh, di forum sebelah ada seorang penulis cerpen yang masih muda tetapi karya-karyanya hampir tiap minggu dimuat di media-media nasional.
Ketika ditanya apa teori dan kiatnya? Ternyata dia bilang bahwa hampir tidak pernah membaca teori, tetapi dia MEWAJIBKAN dirinya untuk sehari membaca minimal 5 (LIMA) buah cerpen dari penulis-penulis terkenal. Dari sana dia melakukan decoding karya terkenal tersebut dengan cara menyerap kosa kata yang baru, menikmati segala alur ceritanya, meresapinya dan seterusnya. Selain membaca cerpen dari penulis lain, dia juga banyak membaca kamus indonesia untuk memperkaya diksi (pilihan kata) yang mungkin dianggap jarang dipakai. Tidak hanya dia juga mewajibkan dirinya untuk menonton drama korea selama beberapa kali dalam seminggu, untuk mengetahui bagaimana kaitan ekspresi dan kata-kata dalam setiap dialog, dan seterusnya.
Contoh lainnya, adalah Helvy Tiana Rosa, yang mempelopori sebuah organisasi penulisan besar di Indonesia. Dalam sebuah artikel saya baca, untuk memperkaya wawasannya dalam membuat cerpen/novelnya dia mewajibkan diri untuk minimal dalam seminggu dia membaca 3 karya sastra, 1 buku dengan tema agama dan 1 buku dengan tema pengetahuan umum.
Ya, itulah sebagian pola dari para penulis yang sudah terkenal dan karyanya diakui.
Kami di PNBB secara khusus suatu saat ingin membuat mendevelop, atau menciptakan suatu workshop yang bertujuan meningkatkan kualitas kemampuan menulis dari anggota.
Sebuah keingian besar yang melibatkan berbagai disiplin ilmu. Saya yakin itu bisa, karena disini ada Om Dian yang sudah mendalami NLP, dan EST, dan juga Om Feri, ada mas Dokter Hafidz, trainernya SEFT dan Bu Asriana yang trainer Hypnosis, ada uda Hazil yang pakar programming,,, dan seterusnya..
Suatu saat nanti, insyaALlah, akan ada produk dari PNBB yang bukan berupa buku, tetapi sebuah Metode pendekatan menulis yang merupakan de-coding dari penulis-penulis yang ada..
Bahkan sempat terlontar ide, nanti ada anggota PNBB yang berjenjang, ada yang tingkat guru, master, praktisi.
Tingkat praktisi yang sudah bisa meneribitkan ebook minimal 5 dan 2 buku mandiri. Tingkat master lebih dari itu dan bisa mengajarkan kepada orang lain, dan tingkat guru, adalah bisa mengembangkan semua keterampilan ditingkat dibawahnya.
Ehem..
Apakah saya terlalu jauh mimpinya?















1 komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "[Kepsek's Note] # 21: PNBB on Future: De-CODING"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.