Article

IBSN: Menabur Angin Menuai Badai

“….. barang siapa berbuat kebaikan sebesar zarrah (biji sawi/atom) maka dia akan mendapat balasan, barang siapa berbuat kejahatan sebesar zarrah maka dia akan mendapat balasan pula

He… Mr. X… nggak masuk, katanya kemarin kecelakan…” kata seorang staff.
“Dimana?”
“Kemarin dekat pasar?” jawab yang lain.
“Parah nggak..?” tanya staff yang lain lagi.
“Nggak cuman.. kakinya yang memar…, tapi lumayan harus istirahat total seminggu lebih…”
“Wah..nggak sekalian aja…” gerutu yang lain
“Lho gimana maksudnya?”
“Ya… sekalian yang parah gitu ..!”
Sahabat, dialog di atas memang tidak nyata, tetapi saya pernah mendengar yang mirip dengan itu. Saya yakin di antara anda ada yang juga pernah mendengarnya.
Sungguh malang benar orang yang jadi bahan pembicaraan itu. Ketika dia ditimpa musibah, orang lain justru bergembira atasnya. Semoga Allah s.w.t menghindarkan diri kita dari hal-hal yang demikian.
Keberadaan orang yang seperti itu menjadi ancaman dan keresahaan bagi orang lain.
Ada banyak alasan mengapa dia berbuat demikian, mungkin karena kekuasaannya, mungkin karena balas dendam atas nasibnya yang lalu , mungkin karena lingkungan pergaulannya yang membuatnya demikan, dan segala hal mungkin yang lainnya.
Segala kemungkinan itu sebenarnya tidak begitu penting, jika setiap orang menyadari bahwa ada konsekuensi atas setiap tindakan dan juga ucapan yang dia lakukan. Bahwa segala yang baik akan mendapatkan balasan yang baik, sedangkan segala yang buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Memang hukum sebab akibat di dunia ini nampaknya tidak serta merta berlaku. Tidak semua orang yang berbuat baik akan mendapat balasan atas perbuatannya. Begitu juga sebaliknya, terkadang orang yang bengis dan curang justru yang berjaya
Untuk itulah mengapa salah satu syarat keimanan adalah meyakini adanya hal yang ghaib, yang salah satunya adalah meyakini adanya hari pembalasan. Keimanan akan hal itu akan menentramkan diri kita setiap kita berbuat yang baik dan sesuai perintah Allah. Karena kita yakin bahwa Allah tidak pernah salah dalam membuat perhitungan. Selain itu juga akan membuat diri semakin ikhlas dalam berbuat sesuatu kebaikan, karena kita hanya mengharap balasannya kelak di akhirat. Bukan di sini, balasan dari manusia yang sifatnya fana.
Kalaupun dengan berbuat baik itu Allah s.w.t segera menyegerakan balasan-Nya di dunia ini, maka itu hanyalah sedikit bonus dari-Nya, dan tentu kita harus mensyukurinya sambil tetap berharap masih mendapatkan bagian lagi di sana kelak.
Begitu juga seharusnya keimanan tersebut akan mencegah kita untuk melakukan perbuatan yang sia-sia. Karena kita yakin bahwa seberapapun yang kita lakukan maka kita pasti mendapat balasannya, baik disini maupun kelak di akhirat.
Alangkah indahnya jika kita selalu dalam kondisi sadar akan hal itu, tentu yang ada dari diri kita adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat, baik bagi diri kita dan orang lain. Paling tidak dialog di atas tidak menimpa diri kita.
Akhirnya pilihan terserah kepada kita, manakah yang akan kita tabur saat ini, yang baik atau yang buruk?

Selamat memilih!

Tidak ada komentar:

Terima kasih sudah membaca tulisan "IBSN: Menabur Angin Menuai Badai"!
Jika Anda punya kritik, saran, masukan atau pertanyaan silahkan tinggalkan pesan Anda melalui kolom komentar di bawah ini.